Raja Abdullah II telah memerintah Yordania sejak 1999, setelah kematian ayahnya, Raja Hussein. Selama lebih dari 25 tahun, ia telah menjadi kepala negara.
Ia berasal dari keluarga kerajaan Hashemite dan diyakini oleh banyak Muslim sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad, dari generasi ke-43. Hubungan ini memberinya status khusus di antara banyak orang di dunia Muslim.
3. Gaya Pemikiran Modern
Raja Abdullah II dari Yordania dikenal karena gaya hidupnya yang modern. Ia belajar di Inggris dan AS, dan pada tahun 1980, ia lulus dari Royal Military Academy Sandhurst di Inggris.
Ia telah bertugas di angkatan darat Inggris dan Yordania. Pada tahun 1993, ia menjadi wakil komandan pasukan khusus Yordania, dan pada tahun 1994, ia memimpin mereka.
Ia dipandang sebagai seseorang yang telah membantu menggerakkan Yordania menuju pemikiran dan pembangunan modern. Istrinya dan putrinya tidak pernah terlihat mengenakan burka, dan ia sendiri menjalani gaya hidup modern.
4. Bersekutu dengan AS dan Menjadi Jalur Logistik?
Hubungan erat dengan Barat menimbulkan spekulasi lebih lanjut. Sejumlah sumber mengungkapkan bahwa The Cradle pada 13 Juni lalu menyebut otoritas Yordania tiba-tiba menutup salah satu bandara utama negara itu dan membatasi lalu lintas sipil untuk menggunakan fasilitas tersebut guna mendukung logistik serangan Israel baru-baru ini terhadap Iran.
Menurut sumber-sumber tersebut, pesawat kargo militer telah tiba dari AS dan Eropa melalui wilayah udara Yordania, yang diyakini membawa senjata dan peralatan yang ditujukan untuk Israel. Otoritas Yordania belum memberikan penjelasan resmi mengenai penutupan bandara tersebut.
Baca Juga: Hidup di Pengasingan, Ini Sosok Putra Mahkota Iran yang Serukan Perlawanan Gulingkan Rezim Khamenei
Langkah tersebut—yang digambarkan sebagai "tindakan pencegahan"—muncul di tengah spekulasi bahwa anggota Poros Perlawanan yang didukung Iran di wilayah Yordania dapat menargetkan pengiriman senjata tersebut.
Kolaborasi pertahanan ini kembali ditegaskan saat angkatan udara Yordania mencegat rudal dan pesawat nirawak Iran pada hari Jumat, dengan alasan potensi jatuhnya serpihan di wilayah Yordania yang dapat membahayakan warga sipil.
"Partisipasi Yordania dalam pertahanan Israel menunjukkan bahwa meskipun Amman perlu menavigasi konflik Israel-Palestina dengan sensitif, hal itu secara luas dan erat terkait dengan kepentingan keamanan regional AS dan Israel," kata Jonathan Lord dari Center for a New American Security, setelah serangan Iran pada tahun 2024 lalu.