Kronologi Jatuhnya Juliana Turis Brasil di Gunung Rinjani, Proses Evakuasi Jadi Sorotan Dunia

Sumarni Suara.Com
Rabu, 25 Juni 2025 | 09:22 WIB
Kronologi Jatuhnya Juliana Turis Brasil di Gunung Rinjani, Proses Evakuasi Jadi Sorotan Dunia
Kronologi Jatuhnya Juliana Turis Brasil di Gunung Rinjani. [Instagram]

Suara.com - Juliana, seorang turis asal Brasil dilaporkan jatuh ke jurang sedalam ratusan meter saat mendaki puncak gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Insiden nahas ini terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025, sekitar pukul 06.30 WITA di sekitar titik Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Rinjani melalui Sembalun.

Hingga Rabu, 25 Juni 2025, tim SAR gabungan masih berjibaku dengan medan ekstrem dan cuaca buruk demi mengevakuasi Juliana yang kini diduga telah meninggal dunia.

Kejadian ini memicu respons besar dari publik, baik di dalam negeri maupun Mancanegara, serta menimbulkan pertanyaan serius tentang keselamatan wisata petualangan di Indonesia.

Kronologi Kejadian

Pendaki yang terjatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat [Instagram]
Pendaki yang terjatuh di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat [Instagram]

Juliana memulai pendakian bersama rombongan dan seorang pemandu lokal pada Jumat, 20 Juni 2025.

Mereka menginap di salah satu pos pendakian sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak pada Sabtu dini hari, sekitar pukul 02.00 WITA.

Sekitar pukul 06.00 hingga 06.30 WITA, saat mendekati titik Cemara Nunggal, Juliana dilaporkan mengalami kelelahan dan tertinggal dari rombongan.

Sang pemandu memilih untuk melanjutkan perjalanan terlebih dahulu dan berencana kembali menjemput Juliana kemudian, dengan alasan efisiensi dan mengejar momen matahari terbit di puncak.

Baca Juga: Timnas Indonesia U-17 vs Brasil, Begini Reaksi Berkelas Nova Arianto

Namun, saat kembali ke lokasi tempat Juliana terakhir terlihat, sang pemandu tidak menemukannya.

Pemandu kemudian menemukan jejak kaki yang mengarah ke tepi tebing, dan tak lama melihat cahaya senter di dasar jurang.

Hal ini mengindikasikan bahwa Juliana telah terjatuh ke arah tebing Segara Anak.

Estimasi awal menyebut ia jatuh dari ketinggian sekitar 150–200 meter, tapi laporan berikutnya memperkirakan kedalaman antara 400–500 meter dari titik awal jatuh.

Proses Pencarian dan Evakuasi

Begitu laporan jatuhnya Juliana diterima, tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), dan relawan segera dikerahkan.

Namun, kondisi geografis Rinjani yang ekstrem, berupa tebing curam, pasir labil, dan cuaca yang tidak menentu, menjadi kendala besar dalam upaya pencarian dan evakuasi.

Pada hari pertama pencarian, tim sempat mendengar suara teriakan minta tolong dan mencoba turun sejauh 300 meter, tapi belum berhasil menemukannya.

Baru pada Senin, 23 Juni 2025, drone thermal milik Basarnas berhasil mendeteksi keberadaan Juliana di dasar jurang, dalam posisi tersangkut di tebing batu.

Awalnya ada laporan bahwa dia masih sadar dan gelisah. Namun, pantauan terbaru menunjukkan bahwa Juliana tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Dugaan kuat pun muncul bahwa perempuan yang disebut berusia sekitar 26 atau 27 tahun itu telah meninggal dunia.

Hingga Rabu, 25 Juni 2025, proses evakuasi masih berlangsung dengan sangat hati-hati.

Medan yang berbahaya dan cuaca yang kerap berubah membuat upaya pengevakuasian menjadi sangat sulit.

Gubernur NTB telah menyiapkan tiga helikopter untuk membantu evakuasi udara.

Namun, keterbatasan jarak pandang akibat kabut membuat helikopter belum dapat dikerahkan secara optimal.

Dampak dan Sorotan Publik

Insiden ini segera menjadi perhatian Internasional, khususnya di negara asal korban, Brasil.

Netizen Brasil membanjiri media sosial Presiden RI Prabowo Subianto, menuntut percepatan evakuasi dan tindakan tanggap dari pemerintah Indonesia.

Beberapa bahkan melontarkan sumpah serapah dan kritikan, menuding pemerintah Indonesia kurang tanggap.

Kejadian tragis ini juga memicu evaluasi menyeluruh terhadap sistem keselamatan pendakian di Indonesia.

Banyak pihak menyoroti keputusan pemandu yang meninggalkan peserta pendakian sendirian dalam kondisi lelah.

Ini memunculkan wacana pentingnya peningkatan standar operasional keselamatan bagi pemandu wisata.

Diantaranya pengawasan ketat terhadap jumlah pendaki yang diizinkan, kelayakan fisik peserta, hingga persyaratan jumlah pemandu per kelompok.

Sebagai langkah tanggap darurat, jalur pendakian dari Pelawangan menuju puncak Rinjani resmi ditutup sementara demi memperlancar proses evakuasi dan menjamin keselamatan tim SAR serta pendaki lainnya.

Kontributor : Chusnul Chotimah

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI