Program pelatihan green skills yang inklusif, terutama bagi perempuan dan kelompok rentan, harus menjadi bagian dari strategi pembangunan nasional. Tidak cukup hanya membangun infrastruktur hijau—pemerintah juga perlu membangun kapasitas manusia untuk mengoperasikannya.
Transisi hijau bukan hanya agenda lingkungan, tetapi juga agenda pembangunan sosial dan ekonomi. Tanpa kesetaraan akses terhadap keterampilan, kita berisiko menciptakan ketimpangan baru di tengah upaya menyelamatkan planet ini.
Melalui pendekatan konstruktif yang menggabungkan pelatihan, kebijakan inklusif, dan kolaborasi lintas sektor, kesenjangan green skills dapat ditutup. Di tengah ancaman krisis iklim, inilah saatnya mengubah tantangan menjadi peluang—untuk menciptakan dunia kerja yang adil, tangguh, dan berkelanjutan.