Suara.com - Insiden tragis yang menimpa Juliana Marins, seorang turis asal Brasil, di Gunung Rinjani telah memicu perdebatan sengit di dunia maya.
Tudingan lambatnya proses evakuasi yang dilakukan Tim SAR Gabungan,terutama BASARNAS, menggema kencang dari warganet Brasil.
Peristiwa nahas ini terjadi saat Juliana dilaporkan terjatuh ke dalam jurang ketika mendaki Gunung Rinjani.
Dia diperkirakan tergelincir di jalur pendakian sekitar Cemara Nunggal yang mengarah ke Danau Segara Anak.
Beberapa laporan menyebutkan kedalaman jurang tempat dia terjatuh mencapai 600 meter, sebuah kondisi yang membuat operasi penyelamatan menjadi luar biasa sulit.
Tim SAR gabungan yang terdiri dari berbagai unsur segera bergerak. Namun, mereka dihadapkan pada tantangan berat.
Medan yang curam dan berbahaya, cuaca buruk yang tak menentu, serta kabut tebal yang drastis mengurangi jarak pandang.
Helikopter sempat dikerahkan, tetapi gagal beroperasi secara optimal karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.
Kondisi inilah yang memicu frustrasi, terutama dari publik Brasil. Banyak dari mereka yang meluapkan kekecewaan dan kemarahan dengan menyerbu akun Presiden RI, Prabowo Subianto.
Baca Juga: Tragedi Rinjani: Di Balik Evakuasi Mustahil, Mengapa Netizen Brasil Ramai 'Mengadu' ke Prabowo?
Mereka menuntut pertanggungjawaban dan menuding tim penyelamat Indonesia bekerja lambat.
Benarkah proses evakuasi bisa semudah yang dibayangkan? Pakar penerbangan Gerry Soejatman memberikan penjelasan teknis melalui akun X miliknya.
Dia memberikan perspektif teknis yang jarang diketahui publik awam mengenai batasan dalam operasi penyelamatan menggunakan helikopter (helicopter rescue).
"Tidak semua helicopter rescue itu se-ideal di film-film," tulis Gerry memulai penjelasannya.
Menurut Gerry, ada beberapa faktor krusial yang membuat evakuasi Juliana dari titik jatuhnya menggunakan helikopter menjadi misi yang mustahil, bahkan jika cuaca cerah sekalipun.
![Korban WN Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/25/43799-juliana-marins.jpg)
Lokasi kejadian berada di ketinggian sekitar 10.000 kaki (sekitar 3.048 meter) di atas permukaan laut, dengan posisi korban berada di lereng pada ketinggian sekitar 9.400 kaki (sekitar 2.865 meter).