Suara.com - Pengamat politik, Rocky Gerung menyebut sosok Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menjadi sorotan publik usai mencuatnya usulan pemakzulan di MPR/DPR RI. Bahkan, Rocky menyebut jika Gibran hanya menjadi bahan olok-olok di kalangan siswa sekolah dasar (SD).
Pernyataan itu disampaikan oleh Rocky Gerung dalam tayangan siniar di akun Youtube-nya pada Sabtu (28/6/2025) kemarin.
"Jadi sekali lagi pembicaraan publik di media sosial, bahkan saya saya dengar anak SD itu bisa mengolok-olok Gibran dan mengolok-olok mantan Presiden Jokowi," ujar Rocky dikutip pada Minggu (29/6/2025).
Rocky menganggap, munculnya ejekan terhadap Gibran di kalangan anak SD itu bukan karena hasutan orang dewasa. Menurutnya, kalangan pelajar di masa sekarang itu sudah bisa melihat masalah yang terjadi di pemerintah.
![Rocky Gerung yang konsisten mengkritik pemerintah. [Dok. Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/16/75568-rocky-gerung.jpg)
"Lalu kita mau menganggap apakah mereka dimanfaatkan oleh orang dewasa kelihatannya tidak. Sebab bagi anak SD itu dia sudah mampu untuk membaca, walaupun dengan kemampuan abstraksi yang belum maksimal. (Anak-anak) menganggap bahwa, 'kenapa ya ada yang tidak beres di dalam pemerintahan ini.' Ada yang ngotot untuk jadi (wakil) presiden tapi tidak melalui prosedur yang sifatnya etis," ujarnya.
Berdasar analisnya, adanya olok-olok di kalangan anak SD menandakan isu pemakzulan Gibran itu juga sudah meluas ke berbagai kalangan dan usia, termasuk anak-anak.
"Jadi anak-anak bahkan anak SD yang bisa mengolok-olok itu bagi mereka mungkin itu ya semacam lagu yang dibuat asal-asalan. Tetapi itu penanda bahwa masyarakat Indonesia dari segala jenis kelas, segala jenis umur itu, terlibat dengan isu yang sama," beber Rocky.
Maka menurutnya, usulan pemakzulan yang kini dilayangkan ke parlemen mesti tetap diproses sehingga tidak menjadi masalah baru dalam pelaksanaan pemilu berikutnya.
"Dan itu artinya sampai dengan pemilu yang akan datang kalau dia tidak diproses itu akan jadi beban yang secara psikologis membuat masa depan kita itu seolah-olah tidak ada harapan," ujarnya.
"Jadi demi politics of hope, demi memperjelas harapan masa depan, maka sebaiknya usulan pemakzulan itu diproses. Proses itu bisa menghasilkan iya apa tidak, tetapi sekali lagi dia mesti diproses karena reaksi publik terhadap isu itu betul-betul masif dan itu yang membuat kita percaya bahwa bagian-bagian akal sehat masyarakat Indonesia masih bisa kita andalkan untuk menuntun kita pergi ke 2029," sambung Rocky Gerung.
Baca Juga: Tak Layak jadi Ban Serep Prabowo, Ikrar Nusa Bhakti Bongkar Ketidakbecusan Gibran Jabat Wapres