Kebal Protes, Penulisan Ulang Sejarah Sudah Nyaris Rampung

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 30 Juni 2025 | 19:42 WIB
Kebal Protes, Penulisan Ulang Sejarah Sudah Nyaris Rampung
Dirjen Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan mengatakan penulisan ulang sejarah Indonesia sudah hampir selesai. [Suara.com/Yaumal Asri Adi Hutasuhut]

Suara.com - Kementerian Kebudayaan mengungkapkan proyek penulisan ulang sejarah Indonesia akan segera rampung karena proses penyusunan sudah mencapai 80 persen.

Dirjen Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan menerangkan pihaknya akan melakukan uji publik pada Juli mendatang.

"(Progresnya) itu sudah 70 persen sampai dengan 80 persen," ujar Restu di Jakarta, Senin (30/6/2025).

Restu memastikan Kementerian Kebudayaan akan melakukan uji publik pada bulan Juli 2025 mendatang yang dilakukan di tiga wilayah Indonesia, barat, tengah, dan timur.

"Supaya mendapat masukan juga dari masyarakat. Merasa memiliki. Ini karya kita bersama, karya bangsa, anak-anak bangsa," ujarnya. 

Lebih lanjut Restu mengatakan penulisan ulang sejarah itu bertujuan untuk mengupdate perkembangan sejarah di Indonesia. 

Update ini, terang dia, karena sejak 2012 ketika terbitan pertama Indonesia Dalam Arus Sejarah keluar, pemerintah belum menulis kembali sejarah Indonesia.

"Kita sebenarnya kan sudah lama enggak menulis buku sejarah nasional ya. Sejak Indonesia Dalam Arus Sejarah, itu kita kan enggak menulis ya. Saya kira sudah waktunya, karena temuan-temuan baru baik di bidang arkeologi, sejarah, temuan kan sudah banyak. Jadi ini kan perlu kita tulis. Jadi, masyarakat biar tahu," kata Restu.

Dia juga menyebut penulisan ulang sejarah bertujuan mengubah paradigma tentang Indonesia sentris. 

Baca Juga: Massa Sindir Kementerian Kebudayaan Sibuk Cari Pulpen: Gimana Mau Nulis Sejarah Pulpen Aja Gak Punya

"Kita ingin melihat kehebatan Indonesia. Nah, kehebatan itu dari masa lalu sampai kini kan harusnya dilihat dari sejarah, dari tulisan sejarah kan. Jadi istilahnya Indonesia sentrislah," kata Restu. 

Ditentang

Proyek penulisan ulang sejarah Kementerian Kebudayaan, yang digagas oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon menuai penentangan dari publik karena mengingkari banyak peristiwa sejarah penting di negara ini.

Salah satunya adalah soal pemerkosaan massal perempuan Tionghoa dalam Kerusuhan 1998. Fadli Zon mengatakan tidak pernah ada bukti soal peristiwa tragis tersebut.

Klaim Fadli itu bertolak belakang dengan hasil temuan Tim Gabungan Pencari Fakta (TPGF) bentukan Presiden Habibie pada Juli 1998, yang menyimpulkan adanya pemerkosaan massal yang dimaksud.

Kritik lain juga adalah soal sejarah yang diangkat versi pemerintah dinilai selektif dan politis.

"Jangan lakukan penulisan sejarah melalui pendekatan kekuasaan yang bersifat selektif dan parsial atas pertimbangan-pertimbangan politis. Apabila ini terjadi, lebih baik hentikan saja proyek penulisan sejarah ini," tegas Bonnie Triyana, sejarahwan dan anggota DPR RI dari PDIP.

Sebelumnya Ketua DPP PDIP MY Esti Wijayati meminta agar proyek penulisan sejarah dihentikan karena memicu polemik dan melukai banyak orang. Hal itu disampaikan Esti di Sekolah PDIP, Lenteng Agung, Jakarta pada Senin 30 Juni. 

Dia menilai pemerintah tidak perlu menulis ulang sejarah versi Kementerian Kebudayaan. Hal itu karena sejumlah gejolak yang muncul, sekaligus menimbulkan kekhawatiran penulisannya tidak sesuai dengan fakta sejarah. 

Penulisan ulang sejarah yang digagas Kementerian Kebudayaan juga dinilai PDIP terkesan terburu-buru. Karenanya tidak bisa ditunda lagi, melainkan harus dihentikan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon.

Sebagaimana diketahui, sejarah yang akan ditulis terdiri dari 10 jilid, sejarah awal Nusantara, Orde Baru 1967-1998, hingga era reformasi 1999-2024.

Fadli menyebut proyek ini setidaknya melibatkan 100 sejarawan, profesor, hingga doktor di bidangnya masing-masing. Fadli juga pernah menyebut bahwa sejarah yang akan dituliskan memiliki tone yang positif dan hanya memasukkan dua pelanggaran HAM berat masa lalu. 

"Tone kita adalah tone yang lebih positif karena kalau mau mencari-cari kesalahan, mudah, pasti ada saja kesalahan dari setiap zaman, setiap masa,” kata Fadli Zon di Cibubur, Jawa Barat, Minggu 1 Juni 2025. 

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI