Suara.com - Ali Musthofa, pemandu wisata di Gunung Rinjani, akhirnya buka suara terkait tudingan terhadap dirinya yang dianggap lalai sehingga turis asal Brasil, Juliana Marins jatuh dari tebing dan meninggal dunia.
Setelah sempat menjadi sasaran kritik tajam warganet yang menudingnya lalai, Ali akhirnya buka suara, didukung oleh video yang menunjukkan upaya pertamanya mengevakuasi korban.
Sebuah video yang diunggah akun Instagram @exploregunung_ pada Jumat (5/7/2025) memperlihatkan detik-detik menegangkan saat seorang pria, disebut sebagai Ali, menuruni lereng curam Rinjani menggunakan seutas tali.
"Mundur mundur, slowly slowly," terdengar instruksi dari rekannya yang menahan tali dari atas seperti dalam video yang dikutip Suara.com, Sabtu (5/7/2025).
Video tersebut disertai keterangan bahwa itu adalah upaya pertama Ali untuk mencapai lokasi Juliana yang terjatuh, jauh sebelum tim SAR gabungan tiba di lokasi.
Namun, upaya itu disebut gagal karena tali yang digunakan kurang panjang.
Tali sepanjang 100 meter tidak cukup untuk menjangkau posisi Juliana yang diperkirakan berada di kedalaman 200 meter.
![Kolase foto Juliana Marins. Foto sebelah kiri dipotret ketika penari 26t tahun asal Brasil itu terjatuh dari Gunung Rinjani. Kini, keluarga Juliana Marins mengancam akan memperkarakan pemerintah Indonesia atas tuduhan kelalaian saat penyelamatan. [Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/07/02/76380-kolase-foto-juliana-marins.jpg)
Merasa Disudutkan, Ali Beberkan Kronologi
Menghadapi gelombang kritik di media sosial, Ali Musthofa akhirnya angkat bicara.
Baca Juga: Kematian Juliana Marins di Rinjani Dibahas dalam Ujian Dubes Brasil di DPR?
Ia mengaku sangat tidak nyaman dengan penilaian sepihak dari warganet yang tidak mengetahui kronologi kejadian secara utuh.
“Banyak yang gak tahu kronologinya dan asal angkat bicara. Saya lihat komen-komen ada yang menyalahkan saya,” kata Ali.
Ali kemudian membeberkan rangkaian peristiwa sebelum insiden tragis itu terjadi.
Ia menjelaskan bahwa seluruh prosedur keselamatan telah ia jalankan.
Satu hari sebelum pendakian dimulai pada Jumat (20/6/2025), ia telah memberikan pengarahan (briefing) lengkap kepada Juliana dan lima pendaki lainnya.
"Briefing itu mencakup informasi rute, kondisi medan, serta hal-hal teknis selama pendakian," jelasnya, seraya memastikan seluruh peserta dalam kondisi sehat.
Perjalanan dari Resort Sembalun berjalan lancar hingga Sabtu pagi.
Musibah terjadi di kawasan Cemara Nunggal saat rombongan dalam perjalanan menuju puncak.
Juliana, yang berada di posisi paling belakang, tiba-tiba menghilang dari rombongan.
“Kejadiannya pada Sabtu pagi. Saya taruh tas dan mencari dia dan lihat posisi senter di tebing,” tutur Ali.
Cahaya senter milik Juliana menjadi petunjuk awal lokasinya di dasar jurang.
Saat itu, posisi korban juga sempat terpantau oleh drone milik pendaki lain, dan Juliana dilaporkan masih bisa bergerak serta berteriak meminta tolong.
Pada momen inilah Ali dan rekan-rekannya melakukan upaya penyelamatan awal sebelum memutuskan menunggu bantuan tim SAR profesional.
Tanggapan Pihak Taman Nasional
Menanggapi video dan klarifikasi yang beredar, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Yarman, memberikan respons yang hati-hati.
Ia mengaku belum dapat memastikan secara detail fakta dalam video tersebut, namun meyakini bahwa para pemandu wisata pasti telah melakukan upaya pertolongan.
"Ya pasti ada ya upaya dari guide. Cuma saya masih perlu memastikannya lagi," kata Yarman saat dikonfirmasi, Sabtu (5/7/2025).
"Bila dilihat dari video-video yang beredar itu kan, dia itu turun. Jadi pasti ada upaya dari guide. Tapi belum pasti, jadi jangan saling menyalahkan," kata dia lagi.
Kisah tragis ini berakhir setelah jenazah Juliana Marins baru berhasil dievakuasi oleh tim SAR gabungan pada Rabu (25/6/2025) malam, beberapa hari setelah ia dilaporkan terjatuh.
Klarifikasi dari Ali Musthofa ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai perjuangan yang terjadi di atas gunung, di luar jangkauan sinyal dan sorotan kamera.