Jabodetabek Siaga! BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

Selasa, 08 Juli 2025 | 10:40 WIB
Jabodetabek Siaga! BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Ilustrasi cuaca ekstrem dan petir. (Pixabay/ AbelEscobar)

Suara.com - BMKG memprediksi cuaca ekstrem masih akan terjadi dalam sepekan ke depan di berbagai wilayah, termasuk Jabodetabek. Cuaca ekstrem tersebut telah dipredikai oleh BMKG sejak akhir Juni lalu.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa cuaca ekstrem itu berpotensi terjadi di Pulau Jawa bagian barat dan tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan wilayah sekitarnya. Serta juga Nusa Tenggara Barat, termasuk Mataram, Maluku bagian Tengah, Papua bagian tengah dan utara.

Kemudian pada periode 10-12 Juli 2025, potensi hujan signifikan diperkirakan akan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seiring dengan pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembapan tropis.

Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.

"Melemahnya Monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut,” kata Dwikorita dalam keterangan tertulisnya, Selasa (8/7/2025).

BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada serta bersiaga terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, petir, maupun angin kencang.

"Masyarakat harus mewaspadai risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, banjir bandang, serta gangguan transportasi," imbuh Dwikorita.

Dia menjelaskan bahqa hujan akan terus turun di musim kemarau. Selain itu, gelombang Kelvin aktif yang terpantau melintas di pesisir utara Jawa, disertai pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan memicu penumpukan massa udara.

Kemudian, konvergensi angin dan labilitas atmosfer lokal juga tepantau kuat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan.

Baca Juga: Catat! BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Bakal Terjadi Hingga Sepekan Ke Depan, Pemda Diminta Waspada

Adapun berdasarkan iklim global, BMKG dan beberapa pusat iklim dunia memprediksi ENSO (suhu muka air laut di Samudra Pasifik) dan IOD (suhu muka air laut di Samudra Hindia) akan tetap berada di fase netral pada semester kedua tahun 2025.

Hal ini berarti, dapat dipastikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan di atas normal dari yang seharusnya terjadi di musim kemarau atau disebut juga dengan kemarau basah.

"Sesuai yang kami prakirakan sebelumnya, akan mengalami curah hujan di atas normal yang harusnya terjadi di musim kemarau atau tenderung ke arah kemarau basah," jelas Dwikorita.

Ada pula faktor ekatrenal, yakni melemahnya angin monsoon Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau.

Dwikorita memaparkan kalau lemahnya hembusan angin tersebut turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI