Suara.com - Kematian tragis diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan, yang ditemukan dengan kepala terbungkus lakban, telah memicu gelombang spekulasi liar di media sosial.
Di tengah kevakuman informasi resmi mengenai motif, warganet mulai merangkai teori mereka sendiri, menghubungkan kematian sang diplomat dengan kasus-kasus besar dan berbahaya.
Sementara itu, pihak kepolisian menekankan pentingnya penyelidikan yang cermat dan meminta publik untuk tidak membuat kesimpulan prematur.
Isu Panas di Dunia Maya: Dari Human Trafficking hingga 'Spill' Rahasia
Tanpa menunggu keterangan resmi, jagat media sosial dengan cepat dipenuhi berbagai dugaan terkait penyebab kematian Arya.
Dua isu utama menjadi sorotan, mengaitkan profesi korban dengan akhir hidupnya yang tragis.
Salah satu teori menuding kematiannya adalah buntut dari upayanya membongkar sebuah rahasia internal.

"Ini pasti gara-gara ngespill istri yang mau liburan di luar negeri nggak sih?" tulis seorang warganet dalam tangkapan layar yang beredar luas.
Teori lain yang tak kalah santer menghubungkan Arya dengan jaringan kejahatan transnasional.
Warganet menduga Arya adalah saksi kunci dalam kasus perdagangan manusia, sebuah peran yang menempatkan nyawanya di ujung tanduk.
Baca Juga: Unggahan Terakhir Diplomat Kemlu Arya Daru Sebelum Ditemukan Tewas dengan Kepala Dilakban
"Bukan, dia saksi kasus mafia human trafficking di Kamboja. Emang yang Namanya jadi whistleblower itu pekerjaan berbahaya, nyawa taruhannya. Liat aw Munir & Ita Marthadinata," tulis akun lainnya, membandingkan kasus ini dengan kematian aktivis ternama.
Keterangan Direktur Perlindungan WNI Kemenlu

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Judha Nugraha, mengonfirmasi bahwa Arya memang seorang diplomat yang mendedikasikan dirinya untuk isu-isu perlindungan WNI.
Tugas ini seringkali menempatkan para diplomat pada situasi yang pelik dan berhadapan dengan berbagai pihak.
"Dapat kami sampaikan benar bahwa saudara Arya Daru Pangayunan adalah seorang diplomat fungsional muda dari Kementerian Luar Negeri. Selama ini beliau bertugas dalam menangani isu-isu perlindungan WNI," kata Judha kepada Suara.com di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, dikutip Kamis, 10 Juli 2025.
Jejak karier Arya membuktikan totalitasnya dalam mengabdi pada negara:
- Pernah bertugas di Direktorat Diplomasi Publik.
- Menjadi bagian dari KBRI Dili dan KBRI Buenos Aires.
- Puncak pengabdiannya di Direktorat Pelindungan WNI.
Polisi: "Belum Dapat Menyatakan Ini Adalah Pembunuhan"

Menanggapi derasnya spekulasi, pihak kepolisian memilih untuk bersikap hati-hati. Kapolsek Metro Menteng, Kompol Rezha Rahandhi, menegaskan bahwa penyelidikan masih berada di tahap awal dan terlalu dini untuk mengklasifikasikan kasus ini sebagai pembunuhan.
"Kami belum bisa memastikan penyebab kematiannya. Saya juga belum dapat menyatakan bahwa ini adalah pembunuhan," ungkap Kompol Rezha kepada wartawan, Selasa (8/7/2025).
Untuk mendapatkan jawaban pasti, jenazah Arya telah dibawa ke RSCM untuk diautopsi. Hasilnya akan menjadi kunci untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut.
Fakta Mengerikan dari TKP dan Kendala CCTV

Di sisi lain, kesaksian dari keluarga korban melukiskan gambaran yang lebih mengerikan. Kerabat korban, Iyarman Waruwu, mengungkapkan detail kondisi jenazah berdasarkan informasi dari penjaga kos, yang memperkuat dugaan adanya tindak kejahatan.
"Informasi yang saya dapat dari penjaga kostan, yang bersangkutan (korban) kepalanya dililit lakban warna kuning dalam posisi telentang, kakinya tertekuk, dan di bawah selimut," kata Iyarman.
"Seluruh kepalanya dililit lakban seperti mumi, full, lilitannya rapi berkali-kali karena tebal," sambungnya.
Tim kepolisian, dibantu oleh Pusident Bareskrim Polri, kini berfokus pada analisis bukti di TKP, terutama rekaman CCTV. Namun, proses ini tidak berjalan mulus.
"CCTV masih diproses. Tidak bisa langsung karena sistemnya pakai memory card, jadi rekaman terptong-potong dan harus disatukan lebih dulu," jelas Wakasatreskrim Polres Jakarta Pusat Kompol Sigit Karyono.
Meskipun kondisi jenazah sangat janggal, Kompol Sigit menambahkan bahwa hingga kini belum ada bukti yang menunjukkan adanya tamu atau konflik sebelum kematian korban. "Belum mengarah ke sana, tidak ada informasi dari saksi bahwa korban didatangi seseorang atau ada konflik," ungkapnya.
Kini, publik menanti titik terang dari hasil autopsi dan analisis CCTV yang diharapkan dapat menguak misteri di balik kematian sang diplomat.