Misteri di Balik Pertemuan Rahasia Rocky Gerung dan Sufmi Dasco Ahmad: Apa yang Sebenarnya Dibahas?

Kamis, 10 Juli 2025 | 14:32 WIB
Misteri di Balik Pertemuan Rahasia Rocky Gerung dan Sufmi Dasco Ahmad: Apa yang Sebenarnya Dibahas?
Pengamat Politik Rocky Gerung dan Politisi Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. [YouTube/Dok Suara.com]

Suara.com - Sebuah pertemuan yang menarik perhatian publik terjadi antara pengamat politik kontroversial, Rocky Gerung, dan Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.

Pertemuan ini menjadi sorotan lantaran isinya disebut-sebut membahas hal-hal yang selama ini "tidak boleh dibicarakan" di ruang publik.

Rocky Gerung sendiri yang membocorkan detail pertemuan ini dalam sebuah podcast Panji Pragiwaksono.

Publik pasti dibuat bertanya-tanya, mengapa dua tokoh dengan latar belakang yang berbeda ini perlu bertemu secara khusus? Dan isu-isu "terlarang" apa saja yang menjadi topik pembicaraan mereka?

Isu Sensitif yang "Tidak Boleh Dibicarakan"

Rocky Gerung Bongkar Ciri Negara Gagal di Depan Pandji Pragiwaksono. [YouTube]
Rocky Gerung Bongkar Ciri Negara Gagal di Depan Pandji Pragiwaksono. [YouTube]

Dalam penuturannya, Rocky Gerung mengungkap bahwa inti dari pertemuannya dengan Dasco adalah untuk mendiskusikan berbagai isu krusial yang selama ini cenderung dihindari atau dibungkam dalam wacana publik.

Isu-isu tersebut mencakup, namun tidak terbatas pada, kebijakan dan posisi Presiden Jokowi, proyek-proyek strategis yang digagas oleh Prabowo Subianto, hingga fenomena intrusi politik global yang memengaruhi kedaulatan bangsa.

Yang menarik, Rocky Gerung menekankan bahwa diskusi berlangsung secara konseptual, tanpa menyasar individu atau orang tertentu. Ini mengindikasikan adanya upaya untuk melihat persoalan dari sudut pandang yang lebih luas dan strategis, di luar kepentingan personal atau kelompok.

"Membicarakan semua isu yang 'tidak boleh dibicarakan,' termasuk isu Jokowi, proyek strategis Prabowo, dan intrusi politik global, secara konseptual tanpa membahas orang secara spesifik," ungkap Rocky Gerung.

Baca Juga: Berani Usik Ijazah Jokowi, Beathor Suryadi Seketika Dipecat, Rocky Gerung: Dia Pahlawan Tanpa Takut

Pernyataan ini sontak memicu spekulasi luas di kalangan pengamat dan masyarakat, menebak-nebak hidden agenda atau pesan tersembunyi di balik pertemuan tersebut.

Dasco: Mencari Argumen Tandingan dari Masyarakat Sipil?

Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad. [Suara.com/Novian]
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad. [Suara.com/Novian]

Lebih lanjut, Rocky Gerung memberikan perspektifnya mengenai motivasi di balik inisiatif Dasco untuk bertemu dengannya.

Menurut Rocky, Dasco Ahmad ingin berdialog dengan masyarakat sipil untuk mendapatkan argumen tandingan.

Ini mengisyaratkan adanya kebutuhan dari lingkaran kekuasaan untuk mendapatkan pandangan kritis dan perspektif yang berbeda dari luar sistem, demi menyeimbangkan diskursus atau bahkan mengevaluasi kebijakan yang ada.

Dalam konteks politik, upaya untuk mencari "argumen tandingan" dari elemen masyarakat sipil yang kritis seperti Rocky Gerung dapat diartikan sebagai langkah untuk menguji ide, mengidentifikasi kelemahan, atau bahkan membangun narasi yang lebih kuat di tengah berbagai kritik yang mungkin muncul.

Ini menunjukkan adanya kesadaran akan pentingnya checks and balances, meskipun dilakukan di luar jalur formal.

Pertemuan ini bisa menjadi indikasi bahwa ada upaya internal dalam lingkaran kekuasaan untuk lebih terbuka terhadap masukan dari berbagai pihak, bahkan dari mereka yang seringkali menjadi penentang.

Jika interpretasi Rocky Gerung ini benar, maka ini adalah sinyal positif bagi demokrasi, di mana dialog dan pertukaran gagasan tetap dijunjung tinggi, meskipun melalui jalur informal.

Implikasi dan Spekulasi Publik

Kolase foto Presiden Prabowo dan Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad. (ist)
Kolase foto Presiden Prabowo dan Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad. (ist)

Pertemuan antara Rocky Gerung dan Dasco ini tentu saja memantik berbagai spekulasi. Apakah ini merupakan upaya penjajakan koalisi baru? Atau sekadar jembatan komunikasi antara kelompok yang selama ini berseberangan?

Beberapa pihak berspekulasi bahwa ini adalah langkah strategis untuk meredakan ketegangan politik atau bahkan mempersiapkan narasi tertentu menjelang transisi pemerintahan.

Terlepas dari interpretasi masing-masing, satu hal yang pasti: pertemuan ini menunjukkan bahwa di balik hingar-bingar politik, ada ruang-ruang diskusi informal yang mungkin lebih jujur dan terbuka, membahas isu-isu yang terlalu sensitif untuk dibicarakan di panggung utama.

Ini adalah cerminan kompleksitas politik Indonesia, di mana komunikasi tak selalu linear dan seringkali ada agenda tersembunyi yang perlu dibaca.

Publik kini menantikan apakah pertemuan semacam ini akan berlanjut dan bagaimana dampaknya terhadap dinamika politik nasional ke depan.

Akankah "isu-isu yang tidak boleh dibicarakan" ini menemukan jalannya ke ruang publik yang lebih luas setelah pertemuan ini? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI