Suara.com - Hujan deras yang terus mengguyur wilayah Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir mendorong pemerintah memperluas operasi modifikasi cuaca (OMC).
Hingga 10 Juli 2025, telah dilakukan 18 sorti penyemaian awan oleh dua operator penerbangan dengan hasil signifikan.
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengatakan operasi ini merupakan bagian dari strategi nasional menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi, yang kerap menimbulkan genangan hingga banjir di wilayah urban padat penduduk.
“Kami sudah menyemai 12,4 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 3,6 ton Kalsium Oksida (CaO) ke sistem awan yang terdeteksi berpotensi menyebabkan hujan ekstrem,” kata Seto dalam keterangannya, Jumat (11/7/2025).
OMC telah dimulai sejak 7 Juli dan dipusatkan di Lanud Halim Perdanakusuma.
Meskipun sempat terkendala cuaca buruk di sekitar bandara, operasi kembali optimal sejak 8 Juli setelah adanya penambahan armada dari BNPB.
Evaluasi harian menunjukkan tren penurunan intensitas hujan di beberapa titik target. BMKG menyebut keberhasilan ini tak lepas dari pemodelan cuaca numerik dan pembaruan prediksi atmosfer real-time yang dilakukan secara berkala.
“OMC dilakukan berdasarkan data sains. Evaluasi harian penting untuk menentukan efektivitasnya,” ujar Seto.
Sementara itu, Direktur Operasi Modifikasi Cuaca BMKG Budi Harsoyo mencatat bahwa pertumbuhan awan konvektif masih aktif, terutama karena kondisi atmosfer yang lembap dan penguapan tinggi.
Baca Juga: Kontras! BMKG Sibuk Modifikasi Cuaca, Pramono Anung Sebut Jakarta Belum Butuh
“Di wilayah utara Jawa seperti Jakarta, Karawang, dan Bekasi, kami terus memantau awan. Bila awan bergerak dari laut, penyemaian dilakukan di atas laut agar hujan turun sebelum mencapai daratan,” jelas Budi.
BMKG menekankan bahwa pemahaman karakteristik wilayah sangat menentukan.
Di daerah dengan drainase baik, hujan lebat bisa tertangani. Namun di Jabodetabek, hujan dengan intensitas sama bisa langsung memicu banjir dalam hitungan jam.
Adapun seluruh pendanaan pelaksanaan OMC kali ini ditanggung oleh BNPB, sementara BMKG bertanggung jawab atas pemberian rekomendasi teknis, pendampingan ilmiah, serta pengawasan operasional di lapangan, untuk memastikan pelaksanaan berjalan akurat dan efektif.
BMKG memprediksi potensi hujan akan kembali meningkat mulai 12 Juli 2025. Masyarakat diminta tetap waspada dan memantau informasi cuaca secara berkala dari kanal resmi BMKG.