Serupa Kasus Diplomat Arya: Kematian Aneh Mata-mata Inggris yang Masih Misterius

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Jum'at, 11 Juli 2025 | 16:38 WIB
Serupa Kasus Diplomat Arya: Kematian Aneh Mata-mata Inggris yang Masih Misterius
Kasus kematian diplomat Arya Daru serupa dengan kasus kematian mata-mata Inggris. [Suara.com]

Suara.com - Meta Ayu Puspintantri cemas. Pasalnya panggilan telepon ke sang suami, Arya Daru Pangayunan, tidak juga direspons sejak Selasa (8/7/2025) subuh. Ini tak lazim. Pita, sapaan akrabnya, berinisiatif menghubungi penjaga indekos tempat diplomat muda itu menetap di Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat.

Penjaga indekos lalu mengetuk pintu kamar Arya Daru. Tak ada jawaban. Atas persetujuan Pita, penjaga indekos membuka paksa jendela menggunakan obeng. Upayanya berhasil. Ia lalu mengambil smart key card yang tertempel di belakang pintu kamar Arya.

Pintu dibuka. Pemandangan selanjutnya membuat dua orang yang membuka pintu terkejut. Mereka melihat Arya Daru terbaring di atas kasur dengan kepala tertutup lakban dan tubuh tertutup selimut. Tak lama, polisi dari Polsek Menteng datang ke lokasi setelah mendapat laporan adanya orang meninggal di kamar indekos.

Olah tempat kejadian perkara (TKP) dilakukan. Polisi tidak menemukan kejanggalan. Tak ada kerusakan di pintu dan jendela kamar korban. Barang-barang Arya pun tidak ada yang hilang. Hasil visum luar menyatakan tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh pria lulusan Hubungan Internasional UGM itu.

Polisi hanya menemukan sidik jari Arya pada lakban yang membungkus wajahnya dan beberapa jenis obat di dalam kamar. Apakah Arya Daru bunuh diri? Praktisi hukum Bambang Widjojanto alias BW, tidak percaya. Dia menduga kuat Arya adalah korban pembunuhan.

"Saya enggak percaya dia bunuh diri nih. Terus terang aja, makanya saya bilang nih dia dibunuh nih," ujar Bambang Widjojanto.

Dia menyebut pola kematian Arya sebagai locked room mystery atau misteri ruang terkunci.

"Jadi si pelaku itu sedang mengirim pesan simbolik, locked room mystery itu," beber BW.

Soal misteri di balik lakban yang melilit wajah korban, BW juga menyebut jika ada dugaan pelakunya ingin menyebarkan teror kepada orang lain untuk bungkam.

Baca Juga: Misteri Kematian Diplomat Kemlu, Susno Duadji: Curigai Semua Orang Terdekatnya

"Nah, ini bagi kalangan kriminolog disebut sebagai simbol pembungkaman. Oh, lagi dibungkam nih. Dan pesannya kepada orang lain ya melalui korban itu yang bicara dan membocorkan informasi nih kayak gini nih. Semacam warning. Pasti diplomat tahulah," ungkap Bambang.

"Jadi ini keahlian profesional dari pelakunya yang tidak meninggalkan jejak. Dia kan ingin membuat skenario, fake skenario. Seolah-olah ini pasti bunuh diri," ujar BW.

Dalam kriminologi, Locked-Room Mystery bukanlah tentang trik sulap atau mekanisme mustahil, melainkan sebuah bentuk rekayasa TKP (Tempat Kejadian Perkara) atau crime scene staging yang paling canggih.

Tujuannya hanya satu: menciptakan ilusi bahwa kejahatan tersebut tidak mungkin dilakukan oleh orang lain, sehingga mengarahkan penyelidik pada kesimpulan yang salah.

Kesimpulan yang paling umum dituju oleh pelaku adalah bunuh diri (suicide), kecelakaan (accident), kematian karena sebab alami (Natural Causes).

Kasus Serupa

Pola locked-room mystery dalam kasus kematian Arya Daru Pangayunan bukanlah yang pertama. Ada kasus yang mirip-mirip seperti ini. 

Yaitu kasus kematian Gareth Williams (31) yang bekerja untuk dinas intelijen eksternal Inggris, MI6. Dia ditemukan tewas di rumahnya di sebuah apartemen di London pada Agustus 2010.

Williams, bekerja sebagai pemecah kode di Markas Besar Komunikasi Pemerintah di Inggris bagian barat, tetapi sedang menjalani penugasan selama tiga tahun di MI6, yang menangani masalah spionase asing pada saat kematiannya.

Pemuda Wales ini meraih nilai A untuk Matematika dan Ilmu Komputer A-Level di usia 13 tahun. Ia meraih gelar sarjana Matematika kelas satu di usia 17 tahun dan di usia 18 tahun ia memulai program doktoralnya di Manchester.

Saat berusia 22 tahun, ia mulai bekerja untuk GCHQ, stasiun penyadapan pemerintah di Cheltenham. Ia pendiam. Seorang pemuda desa. Ia jarang keluar rumah. Ia suka ruang pribadinya sendiri.

Jenazah sang jenius matematika ini ditemukan meringkuk di dalam tas jinjing merah yang dikunci dan digembok di apartemen London dekat dengan markas MI6.

Sebelum ditemukan tewas, Gareth tidak masuk kerja selama seminggu. Akhirnya seorang polisi dikirim ke apartemen di Pimlico tempat Gareth tinggal selama setahun. Petugas itu masuk dengan kunci cadangan dan mendapati tirai tertutup.

Apartemen itu sangat rapi dan bersih. Semuanya tertata rapi kecuali tas jinjing North Face yang digembok di kamar mandi kamar tidur utama, berisi tubuh telanjang Gareth Williams.

DNA-nya tidak ditemukan pada gembok, ritsleting, atau pegangan velcro yang telah terpasang. Bahkan, hampir tidak ada DNA di apartemen itu, kecuali jejak milik orang tak dikenal pada ritsleting dan gemboknya.

Juga tidak ada sidik jari, kaki, atau telapak tangan di bak mandi. Tidak ada tanda-tanda perlawanan selain sedikit memar di siku Gareth saat ia berbaring meringkuk seperti janin.

Tirai kamar mandi telah ditarik dan lampu dimatikan. Sebuah gagang pintu telah dilepas dan salah satu dari empat ponselnya telah diatur ulang ke pengaturan pabrik. Apartemen itu telah dikunci dari luar. Kunci gemboknya ada di dalam tas bersama Gareth.

Laporan toksikologi menunjukkan hasil yang tidak meyakinkan karena jenazah telah dibiarkan membusuk selama seminggu, dengan pemanas sentral dinyalakan penuh meskipun saat itu pertengahan musim panas. Sudah terlambat untuk membuktikan apakah Gareth meninggal saat ia berada di dalam tas atau sebelumnya. Penyebab kematiannya belum ditemukan.

Meskipun demikian, Dr. Fiona Wilcox mengatakan dalam laporan akhir koroner bahwa kematian Gareth "tidak wajar dan kemungkinan besar telah dimediasi secara kriminal"

Peninjauan forensik lebih lanjut dilakukan pada tahun 2021 dan temuannya, yang disampaikan November lalu, belum memberikan pencerahan lebih lanjut mengenai kasus ini, kata Kepala Inspektur Detektif Neil John, pejabat investigasi senior.

"Tidak ada bukti DNA baru yang ditemukan dan tidak ada jalur penyelidikan lebih lanjut yang diidentifikasi," kata John dalam sebuah pernyataan.

Peninjauan atas kematian seorang mata-mata Inggris, yang jasadnya yang telanjang dan membusuk ditemukan terkunci di dalam tas di bak mandinya, telah selesai, kata kepolisian London pada Februari 2024 lalu. Pengumuman ini mengakhiri salah satu misteri terbesar kota London dalam beberapa tahun terakhir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI