Dampak dari pelemparan batu juga dirasakan oleh penumpang di sekitarnya, termasuk saudaranya yang duduk di sebelahnya.
“Kalau di posisi sebelah kanan saya ini kornea-nya juga kegores, karena dia posisinya kan tidur, kaget,” ungkapnya.
Widya menyampaikan bahwa pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) langsung memberikan penanganan setelah insiden terjadi.
“Untuk pihak KAI segera menangani semuanya juga memfasilitasi untuk saya 100 persen sampai sembuh,” kata Widya.
Usai insiden pelemparan batu tersebut, kereta yang ditumpangi Widya masih terus melanjutkan perjalanan dan berhenti di Solo.
Saat berhenti di Solo, salah satu petugas kesehatan naik ke atas kereta dan memeriksakan kondisi Widya.
Widya saat itu diberi pilihan apakah ingin melanjutkan perjalanan atau turun dan mendapatkan perawatan lebih dulu.
“(kereta) masih jalan, terus berhenti di Solo. Baru dari Solo itu ada spesialis kesehatannya yang ke atas kereta, periksa. Terus saya dikasih dua pilihan antara turun atau lanjut,” kata Widya.
Ia memutuskan untuk turun di Solo dan mendapatkan perawatan di salah satu rumah sakit.
Baca Juga: Penumpang KAI Commuter Surabaya Meluap, Aturan Baru Langsung Ditetapkan
“Saya minta turun di Solo itu kemudian dilarikan ke RS Triharsi, diperiksa matanya, dibersihkan karena banyak serpihan kaca juga,” katanya.
Namun ternyata di rumah sakit tersebut tidak ada dokter spesialis mata, sehingga Widya dirujuk ke Surabaya untuk mendapatkan perawatan.
“Karena di Triharsi Solo spesialis matanya enggak ada, jadi kita dilarikan ke Surabaya,” pungkasnya.
Hingga kini, Widya mengaku belum mengetahui siapa pelaku pelemparan batu tersebut.
“Belum tahu (pelaku pelemparan batu),” ujarnya.
Setelah insiden pelamparan batu tersebut, aparat kepolisian dari Satreskrim Polres Klaten langsung menuju tempat kejadian untuk menyelidiki lebih lanjut dan mencari barang bukti.