Selama sebulan penuh, kaki mereka diikat menggunakan rantai. Gerak mereka sangat terbatas, hanya di sekitar area rumah.
Kondisi mereka saat ditemukan pun sangat memprihatinkan.
“Jadi kondisinya dirantai, sudah satu bulan lebih tidur di luar tanpa alas, tanpa selimut. Kemudian saya lepas rantai, tapi saya juga lapor Polsek. Kemudian, kami pantau dan kami beri makan nasi dan telur, enggak ada tiga menit langsung habis,” papar Muksin.

5. Pelaku Dikenal Religius Namun Sangat Tertutup
Salah satu alasan mengapa praktik keji ini bisa berlangsung lama tanpa terdeteksi adalah karena sifat pelaku yang sangat tertutup.
Meski dikenal punya latar belakang religius, SP jarang berinteraksi dengan warga sekitar.
Sifatnya yang penyendiri membuat para tetangga tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumahnya.
Keberadaan empat anak yang tinggal bersamanya pun tidak banyak diketahui warga.
6. Mengalami Trauma Mendalam dan Diancam Agar Bungkam
Baca Juga: Rumah Mengaji Jadi Neraka, 4 Bocah Dirantai di Boyolali Berasal dari Batang dan Semarang
Selain luka fisik berupa memar di sekujur tubuh yang ditemukan oleh bidan desa, keempat anak ini juga menderita trauma psikologis yang mendalam.
Mereka awalnya sangat ketakutan untuk menceritakan penderitaan mereka karena selalu diancam oleh pelaku.
“Intinya mereka ngomong jangan bilang-bilang karena nanti dipukuli, dimarahi, dianiaya lah istilahnya. Anak-anak itu ketakutan, terus saya bilang kalau dianiaya suruh bilang ke saya, akhirnya mereka mengaku,” kata Muksin.
Baru setelah diberi jaminan keamanan dan perlindungan, mereka berani bersuara dan meminta untuk dipulangkan.