Suara.com - Seminggu telah berlalu sejak kematian tragis diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan (39), namun misteri seputar penyebab wafatnya belum juga terpecahkan.
Publik masih menunggu jawaban, sementara aparat kepolisian berpacu dengan waktu untuk membongkar simpul-simpul kasus yang tak biasa ini.
Kematian Arya terjadi di kamar kosnya di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) lalu.
Jenazahnya ditemukan dengan kondisi wajah dililit lakban dan pintu kamar terkunci dari dalam yakni sebuah fakta yang membuat kasus ini menjadi teka-teki besar. Mantan Kabareskrim Polri, Komjen Pol (Purn.) Ito Sumardi, bahkan menyebut banyak kejanggalan yang tak bisa dianggap remeh.
Berikut empat teka-teki utama yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi kepolisian:
1. Wajah Dilakban: Bunuh Diri atau Diskenariokan?
Arya ditemukan dalam kondisi mengenaskan: kepala dan wajah tertutup lakban. Ini menjadi kejanggalan paling mencolok. Menurut Komjen (Purn) Ito Sumardi, tindakan melakban wajah sendiri hingga tewas sangat sulit dilakukan secara logis.
“Masalah lakban ini ganjil. Sulit membayangkan orang bisa melakban wajah sendiri sampai menyebabkan kematian,” ujar Ito.
Metode ini tak lazim dalam kasus bunuh diri dan mengarah pada kemungkinan keterlibatan pihak lain.
Baca Juga: Terkuak Firasat Istri Sebelum Diplomat Kemlu Tewas: Waswas Tengah Malam hingga Hubungi Penjaga Kos!
2. Pintu Terkunci dari Dalam, Tapi...
Pintu kamar Arya terkunci rapat dari dalam menggunakan smart lock system. Bukan kunci biasa, tapi sistem digital yang hanya bisa diakses dengan sandi khusus.
Polisi kini mendalami kemungkinan apakah ada orang lain yang mengetahui kode akses pintu itu. Keberadaan sistem ini membuat banyak orang bertanya-tanya: jika ini pembunuhan, bagaimana pelakunya keluar tanpa jejak?
3. Tak Ada Orang Lain di CCTV: Sunyi yang Mencurigakan
Rekaman CCTV memperlihatkan Arya terakhir kali terlihat hidup sekitar pukul 23.25 WIB saat masuk kembali ke kamarnya setelah membuang sampah. Setelah itu, tak ada jejak orang lain keluar-masuk kamar.
“Kesulitannya, tak ada pihak lain yang terekam mendekati kamar korban,” kata Ito.
Namun, metode kematian yang rumit sulit dilakukan sendiri. Ini membuat skenario “orang ketiga yang tak terekam” masih menjadi kemungkinan yang terus digali.