Penutupan Mendadak Gunung Rinjani: Prioritaskan Pendaki Tapi Ekonomi Porter Terpukul

Minggu, 20 Juli 2025 | 14:36 WIB
Penutupan Mendadak Gunung Rinjani: Prioritaskan Pendaki Tapi Ekonomi Porter Terpukul
Para pendaki yang hendak ke Gunung Rinjani beberapa waktu lalu [Suara.com/Buniamin]

Suara.com - Pemerintah secara tiba-tiba mengeluarkan kebijakan penutupan total sementara sebagian jalur pendakian Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Keputusan yang maju dari jadwal rutin ini diambil demi keselamatan pendaki, namun memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat lokal, khususnya para porter dan tracking organisation (TO) yang menggantungkan hidupnya pada aktivitas pendakian.

Penutupan yang tidak terduga ini membuat para pekerja di sektor pariwisata Rinjani tidak memiliki persiapan.

Seorang porter di Sembalun, Riki, pada Minggu (20/7/2025) pagi, menyuarakan keresahan komunitasnya.

“Dampaknya ya karena ini termasuk mendadak ya. Kita tidak ada persiapan dan otomatis ya lebih ke perekonomian sih ya,” kata Riki.

Ia menjelaskan bahwa biasanya penutupan pendakian memiliki jadwal tetap di awal tahun.

Jadwal tersebut memberi mereka waktu untuk mencari pekerjaan alternatif seperti menjadi kuli bangunan atau fokus bertani. Namun, penutupan kali ini membuat rencana mereka berantakan.

“Misalnya jadi kuli bangunan di pulau seberang di Bali atau Sumbawa. Tapi Rinjani buka, mereka menolak kerjaan keluar. Tapi mendadak tutup kan otomatis kebingungan mereka mau kerja di seberang awalnya sudah menolak,” katanya.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Yarman, mengonfirmasi bahwa penutupan ini dilakukan setelah beberapa insiden kecelakaan terjadi di jalur pendakian, khususnya di area Pelawangan menuju danau.

Baca Juga: Pendaki Wanita Denmark Jatuh di Gunung Rinjani, Tim SAR Masih Lakukan Evakuasi Libatkan Helikopter!

“Jadi kita sudah tutup. Kalau sampai berapa hari kita juga nunggu informasi selanjutnya,” kata Yarman. “Itu kan beberapa insiden terjadi di jalur itu,” ucapnya, merujuk pada jalur Pelawangan hingga danau yang kini menjadi fokus perbaikan.

Tim dari Balai TNGR telah turun untuk melakukan pendataan dan merencanakan fasilitas pengamanan yang diperlukan. “Tim kami sudah mendata apakah perlu dipasangkan tali atau dipangkas,” kata Yarman.

Meski penutupan ini berat bagi ekonomi mereka, para porter seperti Riki sebenarnya mendukung perbaikan fasilitas keselamatan. Menurutnya, jalur menuju danau memang dikenal ekstrem dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dari para pendaki.

“Dari dulu memang kita kasih tau bahwa jalur ke danau itu cukup ekstrim. Harus fokus. Kebanyakan yang ke danau itu turun dari summit. Kalau orang ke summit itu rata-rata subuh dan otomatis kurang tidur, capek,” ujar Riki.

Ia menambahkan bahwa perbaikan jalur dan SOP akan meringankan tugas mereka sebagai pemandu. “Kita akan lebih mudah. Tamu juga akan lebih mudah. Kita sebagai guide tidak lebih ekstra. Selama ini ketika kita turun ke danau itu lebih ekstra karena kita harus jaga mood tamu dan fokus,” katanya.

Sementara itu, ribuan pendaki yang telah memesan tiket dari Juli hingga Desember 2025, yang totalnya mencapai 5.938 pemesanan, tetap dapat melakukan pendakian. Pihak TNGR memberlakukan penyesuaian rute untuk mengakomodasi para pendaki ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI