Dasco soal 'Logo Kancil', Komrad Pancasila: Itu Candaan Santai Saja

M Nurhadi Suara.Com
Minggu, 20 Juli 2025 | 17:27 WIB
Dasco soal 'Logo Kancil', Komrad Pancasila: Itu Candaan Santai Saja
Kelakar Ketua Dewan Penasihat Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional atau Gekrafs, Sufmi Dasco Ahmad, melontarkan canda soal pergantian logo menjadi kancil. Lelucon itu lalu ditafsirkan politis.

Suara.com - Kelakar Ketua Dewan Penasihat Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional atau Gekrafs, Sufmi Dasco Ahmad, soal 'ganti logo jadi kancil', sontak memantik reaksi publik dan dianggap sebagai sindiran tajam yang ditujukan kepada PSI.

Dasco, melontarkan lelucon tersebut saat berpidato menutup Kongres I Gekrafs, di Dome Spark, Senayan, Jakarta, Sabtu (19/7/2025).

Dalam pidatonya, Dasco berkelakar dengan mengatakan ia sempat mengecek apakah logo Gekrafs berubah menjadi kancil atau tidak.

Ketua Dewan Penasihat DPP Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional atau Gekrafs, Sufmi Dasco Ahmad, berpidato dalam kongres Gekrafs, Dome, Spark, Sabtu (19/7/2025).
Ketua Dewan Penasihat DPP Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional atau Gekrafs, Sufmi Dasco Ahmad, berpidato dalam kongres Gekrafs, Dome, Spark, Sabtu (19/7/2025).

“Saya ingat ada sebuah partai politik juga sedang kongres pertama. Tadi saya lihat-lihat apakah lambangnya berubah jadi kancil atau enggak, ternyata enggak, masih,” ucap Dasco yang disambut tawa hadirin.

Kebetulan, pada hari yang sama, Partai Solidaritas Indonesia atau (PSI) juga menggelar kongres pertama di Solo, Jawa Tengah.

Dalam Kongres itu pula, partai Jokowi dan putra bungsunya Kaesang Pangarep tersebut mengganti logo menjadi gambar gajah.

Namun, di tengah spekulasi yang berkembang, seruan untuk mendinginkan suasana datang dari Koordinator Komrad Pancasila, Antony Komrad.

Menurutnya, publik dan para elite tidak perlu menanggapi pernyataan Dasco secara berlebihan.

Ia menegaskan bahwa ucapan tersebut hanyalah gurauan ringan untuk mencairkan suasana.

Baca Juga: Waktu Kongresnya Bareng PSI, Dasco: Saya Kira Logo Gekrafs Ganti Kancil

“Pak Dasco itu orangnya santai, selow saja. Kadang komentarnya memang jenaka, ya begitu saja, jangan ditarik-tarik ke tafsir politik,” ungkap Antony Komrad, Minggu (20/7/2025).

Antony menilai, membawa setiap pernyataan santai ke dalam ranah tafsir politik yang serius, hanya akan menguras energi bangsa.

Ia mengajak semua pihak untuk lebih bijak dalam memilah mana komentar substansial dan mana yang sekadar candaan.

“Kalau semua dilihat dari kacamata curiga, habis energi kita untuk ribut. Padahal kadang yang dibicarakan cuma soal warna dan bentuk logo,” tambahnya.

Kaesang Pangarep terpilih sebagai Ketua Umum PSI Sabtu (19/7/2025). [Antara/Maulana Surya]
Kaesang Pangarep terpilih sebagai Ketua Umum PSI Sabtu (19/7/2025). [Antara/Maulana Surya]

Transformasi PSI dan Simbol Gajah

Perubahan logo PSI sendiri memang menjadi sebuah peristiwa politik yang signifikan.

Transformasi dari bunga mawar menjadi gajah berkepala merah disebut melambangkan kesetiaan, keberanian, dan kekuatan kolektif untuk menghadapi tantangan politik ke depan.

Perubahan ini terjadi seiring dengan pergeseran citra PSI dari partai idealis menjadi kekuatan politik yang lebih pragmatis, dan dekat dengan lingkaran kekuasaan, terutama setelah Kaesang Pangarep, putra Presiden ke-7 RI Joko Widodo, menjabat sebagai ketua umum.

Bahkan, salah satu pendiri PSI, Jeffrie Geovanie, mengungkapkan bahwa pemilihan logo gajah tersebut tidak lepas dari harapan agar Jokowi "berkenan" dengan partai tersebut.

"Kita kemudian nekad pilih logo yang menurut kita mungkin saja suatu waktu Pak Jokowi berkenan," ujar Jeffrie.

Fokus Pada Substansi, Bukan Sensasi

Antony Komrad lebih lanjut menekankan bahwa diskursus publik mengenai logo baru PSI adalah tanda hidupnya demokrasi.

Namun, ia menyayangkan jika perdebatan tersebut terjebak dalam politik saling sindir dan curiga.

Menurutnya, energi kolektif bangsa seharusnya difokuskan pada hal-hal yang lebih esensial.

“Lebih baik fokus pada substansi: program, gagasan, dan solusi untuk rakyat. Soal desain logo, biar jadi urusan internal partai yang bersangkutan. Jangan semuanya dikaitkan dengan geng ini atau geng itu,” tutup Antony Komrad.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI