Suara.com - BADAN Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan resmi keluar dari Aliansi BEM Seluruh Indonesia (SI) Kerakyatan. Keputusan ini diambil setelah pelaksanaan musyawarah nasional (Munas) BEM SI ke-XVIII di Padang, Sumatera Barat, yang berlangsung pada 13–19 Juli 2025.
Alasan utama BEM KM UGM keluar dari aliansi tersebut adalah kehadiran pejabat, politikus, hingga pejabat kepolisian di Munas. Melalui akun resmi @bemkm_ugm pada Minggu, 20 Juli 2025, BEM KM UGM merilis sembilan poin yang menjadi penyebab keputusan drastis ini.
Dalam pernyataan tertulis dari Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, pihaknya menegaskan prinsip 'BEM KM UGM NOT FOR SALE', menekankan bahwa institusi mereka tidak dapat 'dibeli' atau 'diperjualbelikan' oleh pihak manapun.
Independensi Gerakan Tercoreng oleh Simbol Kekuasaan dan Kericuhan
Dari sembilan poin yang dirilis, BEM KM UGM secara spesifik mempersoalkan kehadiran figur-figur yang merupakan simbol kekuasaan di Munas. "Kehadiran orang-orang yang merupakan simbol kekuasaan, seperti Ketua Umum Partai Perindo, Menteri Pemuda dan Olahraga, Wakil Gubernur Sumatra Barat dan Kapolda, serta Kepala BIN Daerah Sumatra Barat—bagi kami menciderai independensi gerakan," tegas Tiyo.
Ia juga menambahkan kekecewaannya melihat para pejabat tersebut pamer kebersamaan dengan mahasiswa di media sosial. BEM KM UGM mempertanyakan apakah kehadiran mereka murni undangan atau ada "tiket masuk" yang didapatkan.
Lebih lanjut, BEM KM UGM juga mengakui adanya kericuhan yang terjadi pada fajar hari Jumat, 18 Juli 2025, yang menyebabkan beberapa mahasiswa terluka. Tiyo menyebutkan bahwa dua mahasiswa mengalami cedera fisik, dengan satu orang patah tulang serta satu lainnya mengalami lebam di wajah dan bibir berdarah. "Yang lain, trauma secara psikis karena ketegangan dan ancaman yang ada. Kami prihatin dan menyesalkan kejadian itu. Bagi kami, tidak ada jabatan yang berharga untuk direbut sampai harus ribut. Kesatuan kita adalah aset berharga bagi gerakan rakyat sipil," jelasnya, menyayangkan kekerasan yang terjadi di dalam forum mahasiswa.
Sembilan Poin Pernyataan Resmi BEM KM UGM
Berikut adalah pernyataan lengkap yang dirilis oleh BEM KM UGM:
Baca Juga: Mengurai Benang Kusut Ijazah Jokowi: Dari Gugatan Bambang Tri hingga Klarifikasi Mantan Rektor UGM
- Sejak awal, BEM KM UGM tidak memiliki ambisi atas segala kontestasi untuk menjadi sesuatu apapun dalam struktur Kepengurusan BEM SI. Cukuplah bagi BEM KM UGM berperan menjadi bagian yang meletakkan pondasi pada masa awal kelahiran BEM SI tahun 2027 dan selanjutnya membersamai.
- BEM KM UGM hadir, melalui Tiyo Ardianto selaku Ketua, Sheron Adam Funay selaku Wakil Ketua Bindang Analisis Bidang, dan Fedora Rifqi Ramadhan selaku Koordinator Bidang Pergerakan untuk membersamai forum yang kami memandangnya sebagai ruang strategis untuk merumuskan arah gerak perjuangan mahasiswa untuk rakyat.
- Yang terjadi justru paradoks: forum tersebut menjadi ruang konfliktual nir-substantif sekaligus tempat penguasa memoles muka. Sesama mahasiswa bisa baku hantam dan saling mengumpat, bukan karena keperpihakan atau ideologi yang berbeda. Tapi karena ada sesuatu yang diperebutkan: entah apa.
- Kehadiran orang-orang yang merupakan simbol kekuasaan, seperti Ketua Umum Partai Perindo, Menteri Pemuda dan Olahraga, Wakil Gubernur Sumatra Barat dan Kapolda, serta Kepala BIN Daerah Sumatra Barat—bagi kami menciderai independensi gerakan. Apalagi dengan merdeka mereka pamerkan kebersamaannya bersama mahasiswa pada media sosialnya. Mungkinkah mereka masuk ke forum murni diundang, atau karena ada tiket masuk yang telah mereka dapatkan?
- BEM sebagai lembaga pergerakan, bagi kami, mesti memberi batas yang tegas dan harus berjarak dengan penguasa. Tapi, BEM SI tidak memberikan teladan yang membanggakan.
- Kami melihat dengan jelas: sebuah karangan bunga yang datang pagi hari, disembunyikan, lalu dimunculkan kembali ketika momen pembukaan (saat para elit politik dan aparat itu datang). Sebuah karangan bunga dari Kepala BIN Daerah Sumatra Barat. Sebenarnya, kemesraan apa yang terjadi antara BEM SI dan BNI sehingga hadir karangan bunga?
- Ya, ada kekacauan yang berlangsung fajar hari pada Jumat, 18 Juli 2025. Dua mahasiswa terluka, satu patah tulangnya, satu lebam muka dan berdarah bibirnya. Yang lain, trauma secara psikis karena ketegangan dan ancaman yang ada. Kami prihatin dan menyesalkan kejadian itu. Bagi kami, tidak ada jabatan yang berharga untuk direbut sampai harus ribut. Kesatuan kita adalah aset berharga bagi gerakan rakyat sipil.
- Keterangan yang bisa kami sampaikan sangat terbatas. Seperti fenomena gunung es, apabila kami buka semua, bukan mustahil BEM kampus lain akan menarik diri semua. Tapi, cukuplah keterangan ini menjadi penjelasan atas sikap yang kami ambil untuk menjadi penjelasan atas sikap yang kami ambil untuk menjaga kemurnian gerakan.
- BEM KM UGM memegang teguh nilai dan marwah gerakan. Kami memilih jalan sunyi tapi bercahaya: setia bersama Rakyat Indonesia.