Nikel Indonesia di Persimpangan Jalan: Keberlanjutan Jadi Kunci Masa Depan

Senin, 21 Juli 2025 | 14:15 WIB
Nikel Indonesia di Persimpangan Jalan: Keberlanjutan Jadi Kunci Masa Depan
Ilustrasi bijih nikel (Shutterstock)

Lantas, apa solusinya? Agus Sari menekankan bahwa untuk menjadi "Sustainability Champion", perusahaan nikel harus berani melampaui kepatuhan regulasi semata. 

"Dalam banyak kasus, bahkan regulasi yang ada pun belum tentu dipatuhi. Maka, kepatuhan terhadap regulasi saja sudah bisa memperlihatkan kepemimpinan," ujarnya.

Langkah yang lebih progresif adalah dengan secara sukarela menjalani audit menggunakan standar keberlanjutan internasional yang kredibel. 

Ia mencontohkan langkah Harita Nickel yang diaudit melalui Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), sebuah standar yang sangat ketat. 

"Bahwa mereka bersedia dan sukarela meminta untuk diaudit oleh standar yang kredibel seperti IRMA, terlepas dari hasilnya, adalah sesuatu yang patut direkognisi," puji Agus.

IRMA bisa menjadi faktor yang memperkuat kepercayaan dunia terhadap potensi nikel Indonesia. Pasalnya,  IRMA bukan sekadar sertifikasi atau label biasa. 

Ia adalah sebuah kerangka kerja audit pihak ketiga yang komprehensif, independen, dan didorong oleh berbagai pemangku kepentingan (multi-stakeholder). IRMA tidak didirikan atau dikendalikan oleh industri tambang semata. 

Tata kelolanya melibatkan perwakilan dari LSM lingkungan dan sosial, komunitas terdampak, serikat pekerja, investor, dan perusahaan pembeli (seperti produsen mobil dan elektronik). 

Ini membuatnya menjadi 'wasit' yang netral. Ditambah lagi, hasil audit IRMA, termasuk skor dan rinciannya, dipublikasikan secara penuh. 

Baca Juga: Ketika Masa Depan PSI Ditentukan oleh Keluarga Jokowi

Siapa pun dapat mengakses laporan tersebut untuk melihat secara detail di area mana sebuah perusahaan tambang unggul dan di area mana mereka masih lemah. Ini memaksa perusahaan untuk terbuka dan akuntabel, bukan sekadar mengeluarkan rilis pers.

Selain itu, keberlanjutan juga harus mencakup dimensi sosial. Perusahaan tambang, yang keberadaannya hanya sementara sampai cadangan habis, harus menjadi motor pengembangan ekonomi lokal jangka panjang.

"Pengembangan sumberdaya manusia adalah yang paling utama. Bukan hanya untuk menyerap tenaga kerja lokal, tapi juga memberikan skill untuk mengembangkan ekonomi lokalnya," tegasnya. 

Menghormati wilayah adat dan menghindari tumpang tindih lahan juga menjadi kunci hubungan yang harmonis.

Sebagai pesan penutup, Agus Sari mengajak para pelaku industri untuk mengubah mindset. Menurut dia, keberlanjutan adalah kunci strategis dari lini ini. Tanpa itu, nikel akan diganti dengan bahan lain. 

Ia mendorong sebuah gerakan ‘Race to the top’, di mana perusahaan berlomba-lomba menjadi yang terbaik dalam praktik pertambangan berkelanjutan, bukan sekadar menjadi produsen komoditas terbesar. ***

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI