Viral! Anaknya Korban Bully hingga Meninggal, Pilih Buang Muka Saat Dipeluk Wali Kelas

Rabu, 23 Juli 2025 | 15:02 WIB
Viral! Anaknya Korban Bully hingga Meninggal, Pilih Buang Muka Saat Dipeluk Wali Kelas
Ibu dari Korban Bully di Garut viral di media sosial. [Instagram]

Suara.com - Sebuah kisah tragis yang menyayat hati datang dari Garut, Jawa Barat, dan menjadi viral di media sosial. Seorang ibu membagikan penderitaan anaknya yang diduga menjadi korban perundungan (bullying) oleh teman-teman hingga oknum guru di sekolahnya.

Nahas, tekanan batin yang dialami sang anak diduga kuat menjadi pemicu ia nekat mengakhiri hidupnya.

Kisah ini pertama kali mencuat dari unggahan sang ibu di akun Instagramnya, yang kemudian dibagikan ulang oleh berbagai akun dan memicu kemarahan publik.

Dalam curhatannya, sang ibu menceritakan bagaimana anaknya, siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Garut, mengalami perlakuan tidak menyenangkan secara terus-menerus.

Semua bermula ketika sang anak dituduh melaporkan teman-temannya yang merokok elektrik atau vape di dalam kelas.

Padahal, menurut pengakuan ibu, anaknya sama sekali tidak melakukan hal tersebut.

“Awalnya anak saya di tuduh melaporkan teman2 nya yg nge va pe di kelas pdhl dia sama sekali tidak melakukan itu,” ucap ibu korban dalam salah satu unggahannya.

Tuduhan itu menjadi awal dari serangkaian perundungan yang harus diterima sang anak. Puncaknya, ia nyaris menjadi korban pengeroyokan oleh teman-teman sekelasnya.

“PD suatu hari anak saya mau di pkl rame2 sama teman sekelas nya tangannya di pegangin dan udh mau d pu*ul1n tapi Alhamdulillah anak sy berhasil kabur ke ruang BK,” tambahnya. 

Baca Juga: Dedi Mulyadi Copot Kepala SMAN 6 Garut Buntut Kasus Siswa Bunuh Diri Karena Dibully

Sejak kejadian itu, korban menjadi takut untuk pergi ke sekolah. Perubahan perilaku pun mulai terlihat, ia menjadi lebih pendiam dan cemas.

Ironisnya, pihak sekolah justru menyatakan korban tidak naik kelas dan memberikan syarat harus pindah sekolah jika ingin melanjutkan ke kelas 11.

Kisah pilu ini dibagikan sang ibu sejak pertengahan Juni 2025. Hingga pada Senin (14/7/2025), sang anak ditemukan meninggal dunia di rumahnya, bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah.

Polisi Turun Tangan, Publik Murka

Kasus ini dengan cepat menarik perhatian pihak berwenang. Kasat Reskrim Polres Garut, AKP Joko Prihatin, membenarkan kejadian tersebut dan menyatakan pihaknya tengah melakukan penyelidikan mendalam.

Tim Inafis telah melakukan olah TKP dan tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan, sehingga dugaan sementara mengarah pada bunuh diri.[6]

"Kejadiannya sedang kami lakukan penyelidikan," ungkap Joko kepada media.

"Untuk penyebab gantung dirinya, kita masih lakukan penyelidikan."

Tragedi ini memicu gelombang simpati dan kemarahan dari warganet. Banyak yang mengecam tindakan perundungan dan mendesak agar kasus ini diusut tuntas.

Sebuah video yang menunjukkan momen saat wali kelas mencoba memeluk sang ibu di rumah duka menjadi sorotan. Terlihat jelas ibu korban yang berduka memalingkan wajah, sebuah gestur yang ditafsirkan publik sebagai ungkapan kekecewaan mendalam terhadap pihak sekolah yang dianggap lalai.

"Saat wali kelasnya meluk ibunya, ibunya buang muka. Nyesek banget pasti hatinya," komentar seorang warganet.

"Guru dan sekolah GAGAL melindungi anak didiknya. Usut tuntas! Jangan sampai ada korban lagi," timpal warganet lainnya.

Publik juga menyoroti dugaan keterlibatan oknum guru dalam perundungan, yang disebut-sebut sempat memarahi korban di depan kelas.

Akibat tekanan publik yang masif, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi turun tangan dengan menonaktifkan sementara Kepala SMAN 6 Garut untuk mempermudah proses investigasi.

Kasus ini menjadi pengingat keras bagi dunia pendidikan tentang bahaya laten perundungan dan pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan suportif bagi setiap siswa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI