Riset ini dijadikan amunisi untuk menolak dominasi kelompok tertentu dalam dunia keagamaan.
5. Bentrok di Pemalang Jadi Titik Balik Eksistensi
Bentrokan fisik dengan massa FPI di Pemalang bukan sekadar insiden lapangan. Itu adalah momen pernyataan eksistensi PWI-LS yang selama ini hanya bergerak di ruang wacana.
Mereka kini tampil ke permukaan sebagai ormas yang berani melawan arus dominan dalam lanskap Islam Indonesia.
6. Mengusung Islam Walisongo yang Terbuka dan Inklusif
PWI-LS menekankan bahwa mereka bukan anti-habib atau anti-Arab.
Namun, mereka ingin melawan tafsir Islam yang bersifat eksklusif, hierarkis, dan menyingkirkan nilai-nilai lokal. Walisongo dijadikan model ideal mereka: inklusif, kultural, dan adaptif terhadap konteks Nusantara.
7. Memicu Debat Nasional tentang Masa Depan Islam Indonesia
Dengan munculnya PWI-LS, perdebatan lama tentang otoritas agama, keturunan Nabi, dan kesetaraan umat kembali memanas.
Baca Juga: Mengenal Gus Abbas: Keturunan Sunan Gunung Jati di Balik Perlawanan Terhadap FPI
Apakah PWI-LS akan menjadi kekuatan korektif yang membangun wacana baru? Atau justru memperkeruh konflik internal umat?
PWI-LS bukan hanya ormas baru. Ia adalah cermin dari dinamika sosial dan keagamaan Indonesia saat ini.
Di tengah arus dominasi tradisi dan simbolisme, muncul suara-suara alternatif yang menuntut peninjauan ulang atas banyak hal yang selama ini dianggap tabu.
Apakah ini awal dari reformasi spiritual Islam di Indonesia? Atau hanya percikan yang akan padam dalam badai kontroversi?