Suara.com - Nama Edi 'Edi Sound' dan Brewog Audio mungkin sudah jadi ikon utama dalam ledakan fenomena sound horeg di Indonesia.
Tapi di balik sorotan lampu panggung dan viralnya jedag-jedug di media sosial, ada sosok lain yang tak kalah berpengaruh, seseorang yang justru dijuluki 'Profesor Horeg' oleh para penggemar dunia audio ekstrem.
Dia adalah Riswanda Mahardika, pendiri Mahardhika Pro Audio asal Malang, Jawa Timur.
Tak banyak yang tahu, Riswanda Mahardika adalah salah satu pelopor sejati dalam evolusi sound horeg, terutama di kawasan Jawa Timur.
Jika Edi Sound dianggap sebagai 'Thomas Alva Edison' di dunia audio horeg karena popularitasnya, maka Riswanda adalah 'Nikola Tesla'-nya. Ia dianggap ilmuwan jenius yang bekerja di balik layar, penuh dedikasi dan eksperimen.

Si 'Radiator King' dari Malang
Dikenal akrab dengan sebutan Bos Mahardika, Riswanda memulai langkahnya dari bawah sebagai penyedia sound system hajatan biasa di kampung halamannya, Kasri, Bululawang, Kabupaten Malang.
Namun, yang membedakannya dari pemain sound lain adalah pendekatannya yang metodis, teknis, dan penuh riset.
Berbekal rasa ingin tahu tinggi dan semangat eksperimen, Riswanda membangun Mahardhika Pro Audio menjadi salah satu brand paling dihormati di dunia sound horeg.
Tak hanya dikenal karena volume bass yang menghentak, Mahardhika Audio menawarkan sesuatu yang langka, kombinasi bass frekuensi rendah yang solid dengan mid-high jernih dan bersih.
Baca Juga: Tak Semua Kabupaten Punya, Ini Peta 'Segitiga Emas' Sound Horeg di Jatim, Daerahmu Termasuk?
Ini bukan hanya suara bising, ini adalah suara yang punya karakter.
Eksperimen di Sawah Demi Suara Sempurna
Julukan 'Profesor Horeg' bukan datang tiba-tiba. Riswanda dikenal sering melakukan tuning dan pengujian suara di tengah sawah, tempat terbuka tanpa pantulan bangunan.
Tujuannya? Mendapatkan pemahaman murni tentang bagaimana gelombang suara, khususnya bass, berperilaku di ruang terbuka.
Dari sanalah ia mengembangkan formula jedag-jedug yang banyak diadopsi pemain sound lainnya.
Pendekatan ilmiah ini membedakan Riswanda dari pegiat sound horeg kebanyakan yang hanya mengejar volume keras.
Ia mengejar kualitas, presisi, dan keseimbangan, sebuah seni teknis yang selama ini luput dari perhatian banyak orang.