Logo tersebut diyakini sebagai representasi hubungan dagang dan persahabatan Aceh dengan Amerika Serikat sejak abad ke-18.
Dalam suratnya ke Gubernur Massachusetts dengan nomor 400.6.4/9190 pada Jumat (18/7/2025), Mualem mengatakan pentingnya simbol tersebut sebagai wujud persahabatan transoceanic antara Aceh dan Salem, Amerika Serikat, yang telah terjalin selama hampir dua abad.
Invasi Amerika ke Aceh
Pada 7 Februari 1831, kapal Friendship milik Silsbee, Pickman, dan Stone di bawah pimpinan nakhoda Charles Moore Endicot, tiba di Pelabuhan Kuala Batu.
Kapal Friendship lalu ditarik ke tengah laut dengan alasan jika dalam pelabuhan akan memerlukan biaya, karena harus membayar cukai, sedangkan kapal baru terisi barang dua pertiga (belum penuh).
Sementara waktu panen lada masih sekitar dua bulan lagi, sehingga kapal ditarik agak ke tengah laut. Masyarakat Kuala Batu menganggap bahwa ditariknya kapal keluar dari pelabuhan adalah untuk memudahkan melarikan barang-barang apabila ada angin.
Tak disangka, sejumlah orang penduduk Kuala Batu naik ke atas Kapal Friendship menyandera awak kapal. Aksi perompakan ini mengakibatkan empat anak buah kapal tewas dan yang lainnya melompat ke laut menyelamatkan diri.
Nakhoda Kapal Friendship, Moses Endicot, lalu meminta perlindungan sahabatnya, Po Adam. Mereka memang sudah bersahabat lama. Setiap mampir ke Aceh, Endicot selalu menemui Po Adam.
Di hari nahas itu, Endicot selamat karena tidak berada di kapal. Dia sedang di darat menemui Po Adam. Mendengar kabar perompakan, Endicot meminta pertolongan Po Adam.
Baca Juga: Kota Salem di Amerika Pakai Logo Orang Aceh, Apa Hubungannya dan Di Mana Lokasinya?
Po Adam lalu menyembunyikan Endicot dan beberapa anak buahnya di rumahnya di Pulau Kayu. Po Adam mengungsikan Endicot dan anak buahnya ke pelabuhan Meukek.
Kapal Frienship akhirnya ditarik ke Meukek oleh pedagang Amerika yang lain. Di pelabuhan Meukek, kapal Friendship diserahkan kembali pada nahkoda Mr. Endicot. Dari Meukek kapal Friendship berlayar menuju Amerika.
Setiba di Amerika, Mr. Endicot menceritakan kejadian yang dialaminya. Kejadian itu menjadi berita yang hangat di dunia pelayaran dan sampai ke telinga Presiden Amerika Serikat, Jenderal Andrew Jackson.
Marah mendengar warga negaranya dirompak, Andrew Jackson memutuskan mengirim kapal perang terbaik, Potomac, ke Aceh. Dipimpin komandan Expedisi, Jhon Dowes, kapal Potomac berangkat dari New York ke Aceh dengan membawa 260 orang marinir.
Pada waktu subuh 6 Februari 1832, sebanyak 260 orang marinir Amerika di bawah pimpinan Shubrick mendarat di Kuala Batu dan mengepung benteng-benteng yang ada di sana.
Marinir Amerika Serikat membunuh semua yang berada di dalam benteng-benteng, termasuk wanita dan anak-anak, serta merampas segala barang yang berharga. Diperkirakan 150-450 warga Aceh tewas dalam serangan brutal tersebut.