Tolak soal Bunuh Diri, Keluarga Arya Daru Tak Pernah dengar Keluhan Kerja selama jadi Diplomat Kemlu

Selasa, 29 Juli 2025 | 21:49 WIB
Tolak soal Bunuh Diri, Keluarga Arya Daru Tak Pernah dengar Keluhan Kerja selama jadi Diplomat Kemlu
Arya Daru Pangayunan. (instagram)

Suara.com - Tabir kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Arya Daru Pangayunan (39), yang resmi ditutup oleh kepolisian sebagai kasus bunuh diri, justru membuka sebuah paradoks yang menyisakan tanya besar.

Di satu sisi, penyelidik dari Polda Metro Jaya menyodorkan bukti digital dari masa lalu.

Di sisi lain, keluarga membantahnya dengan keyakinan yang berakar pada pengamatan personal selama bertahun-tahun.

Dalam konferensi pers yang digelar di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025), polisi mengungkap temuan yang dianggap menjadi kunci.

Tim forensik digital menemukan apa yang disebut sebagai "jejak keputusasaan" Arya Daru.

Namun, jejak ini bukanlah catatan baru, melainkan artefak digital dari masa lampau—serangkaian email yang dikirimkan ke sebuah badan amal lebih dari satu dekade yang lalu.

Temuan ini menjadi fondasi utama kesimpulan polisi bahwa Arya mengakhiri hidupnya sendiri.

Namun, narasi yang dibangun berdasarkan data digital usang ini dipatahkan secara telak oleh pihak keluarga.

Mereka tidak melihat relevansi antara email lawas tersebut dengan kondisi Arya Daru saat ini.

Baca Juga: Eks Wakapolri Ragukan Hasil Penyelidikan Arya Daru, Ini Alasannya

Kakak ipar almarhum, Meta Bagus, saat ditemui di rumah duka di Banguntapan, Bantul, memandang temuan itu sebagai ranah privat yang tidak serta-merta mencerminkan kondisi kejiwaan Arya sebelum meninggal.

"Namanya kita konsultasi ya mengenai berbagai macam hal terkait dengan materi apapun itu, saya rasa itu kan merupakan hal pribadi ya. Jadi saya tidak bisa, kami tidak mengomentari yang itu," kata Meta pada Selasa (29/7/2025) petang.

Ia menyiratkan bahwa catatan masa lalu tak bisa dijadikan justifikasi tunggal atas sebuah tragedi.

Keyakinan keluarga bahwa Arya tidak bunuh diri semakin kokoh saat melihat kepribadiannya sehari-hari.

Spekulasi mengenai tekanan kerja yang berat, yang kerap dituding sebagai pemicu, juga dimentahkan. Menurut keluarga, Arya menghadapi beban kerja seperti profesional pada umumnya dan tidak pernah menunjukkan keluhan yang ekstrem.

"Nah terkait dengan beban kerja, perlu kami sampaikan juga bahwa namanya orang bekerja itu pasti ada beban. Dan kan pasti ada juga berbagai macam halnya," tutur Meta.

"Hanya saja sepemahaman dan sepengamatan kami terhadap Daru itu sampai sejauh ini tidak pernah menceritakan beban-beban berat yang ada, kurang lebih seperti itu," sebut dia.

Fakta ini diperkuat dengan gambaran kehidupan rumah tangga Arya yang harmonis. Komunikasi antara Arya dan istrinya digambarkan sangat terbuka dan suportif.

"Memang segala sesuatu itu didiskusikan, dikomunikasikan antara suami dan istri ini dengan cukup baik," ucap Meta.

Pada akhirnya, kasus ini menyajikan pertarungan narasi antara bukti digital forensik yang statis dan testimoni keluarga yang dinamis.

Keluarga besar, yang mengaku mengenal betul karakter almarhum, menolak kesimpulan final kepolisian.

"Kami meyakini bahwa almarhum tidak seperti itu [bunuh diri]," ujar Meta dengan tegas.

Keyakinan itu bukan tanpa alasan.

"Begini, itu kan kami melihat pengamatan kami terhadap yang bersangkutan [Arya Daru] itu selama bertahun-tahun," tambahnya.

Penyelidikan polisi mungkin telah berakhir, namun bagi keluarga dan publik, penolakan keras dari orang-orang terdekat Arya Daru menyisakan kabut tebal keraguan atas apa yang sesungguhnya terjadi pada diplomat muda tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI