Suara.com - Kesimpulan polisi bahwa diplomat Arya Daru (ADP) tewas bunuh diri ternyata menyimpan sebuah prelude yang jauh lebih kelam dan mengerikan.
Jauh sebelum ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya, ADP telah melalui sebuah perjuangan hidup dan mati selama 1 jam 26 menit atau 86 menit di lantai 12 kantornya.
Fakta baru yang mengguncang ini tidak hanya mengubah kronologi, tetapi juga membuka tabir tentang seberapa dalam keputusasaan yang ia alami.
Berikut adalah 5 fakta dari drama 86 menit di ujung jendela yang menjadi babak pembuka dari tragedi ini.
1. Bukan Tindakan Impulsif, Tapi Rencana Matang
Lupakan teori tentang tindakan sesaat yang dipicu emosi.
Fakta bahwa ADP telah mencoba bunuh diri beberapa jam sebelumnya di lokasi yang berbeda membuktikan bahwa ini adalah sebuah rencana yang telah dipikirkan.
Ia tidak tiba-tiba memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di rumah. Rumahnya adalah lokasi kedua, sebuah rencana cadangan setelah rencana pertamanya gagal.
Ini menunjukkan sebuah tingkat premeditasi yang membuat tragedi ini menjadi jauh lebih terstruktur dan menyedihkan.
Baca Juga: Rekonstruksi Jam-jam Terakhir Arya Daru: Dari Upaya Lompat Gagal Hingga Tewas
2. Pergolakan Batin Selama 5.160 Detik di Tepi Jurang
Durasi 1 jam 26 menit bukanlah waktu yang singkat. Itu adalah 5.160 detik yang diisi dengan pergolakan batin yang tak terbayangkan.
Selama periode itu, ADP berada di tepi jurang—secara harfiah dan metaforis. Ia melakukan dua kali upaya untuk melompat, yang berarti ia maju, mundur, dan kembali maju dalam sebuah pertarungan hebat antara naluri untuk hidup dan dorongan untuk mati.
Ini bukan keputusan sepersekian detik, melainkan sebuah siksaan psikologis yang berlangsung hampir satu setengah jam.
3. Kegagalan Justru Menjadi 'Bahan Bakar' Determinasi
Secara psikologis, kegagalan upayanya di kantor tidak memadamkan niatnya. Justru sebaliknya. Kegagalan tersebut kemungkinan besar menjadi bahan bakar yang memperkuat determinasinya.