Dendam Bocah SD Berujung Maut di Muratara: Mengapa Kekerasan Anak Semakin Mengerikan?

Minggu, 10 Agustus 2025 | 20:49 WIB
Dendam Bocah SD Berujung Maut di Muratara: Mengapa Kekerasan Anak Semakin Mengerikan?
Kolase foto anak SD yang diduga membunuh teman MTs-nya di Muratara. (Instagram)

Peran guru Bimbingan Konseling (BK) perlu diperkuat sebagai garda terdepan dalam mendeteksi dan menangani masalah psikologis siswa.

Pendidikan karakter dan social-emotional learning (SEL) harus menjadi bagian integral dari kurikulum.

Anak-anak perlu diajarkan cara mengenali, memahami, dan mengelola emosi mereka.

Mereka harus dilatih cara berempati—merasakan apa yang orang lain rasakan—dan menyelesaikan perselisihan tanpa harus menggunakan tinju atau senjata.

Di sisi lain, tanggung jawab ini tidak bisa hanya dibebankan ke pundak sekolah.

Keluarga adalah fondasi utama. Orang tua memiliki peran krusial dalam membangun kecerdasan emosional anak sejak dini.

Lingkungan masyarakat, termasuk konten yang dikonsumsi anak di media sosial dan game, juga turut membentuk persepsi mereka tentang kekerasan.

Ketika kekerasan dinormalisasi, anak-anak akan menganggapnya sebagai cara yang wajar untuk menyelesaikan masalah.

Baca Juga: Ngevlog Sejak Usia 5 Tahun, Ini Cara Ryu Kintaro Bocah Perintis Bangun Personal Branding Sejak Dini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI