Konjen Ungkap Tiongkok Dan Indonesia Punya Misi Bersama

Rabu, 13 Agustus 2025 | 11:21 WIB
Konjen Ungkap Tiongkok Dan Indonesia Punya Misi Bersama
Bendera Indonesia dan Tiongkok. [Istimewa]

Suara.com - Di saat dunia menghadapi krisis geopolitik yang kian meruncing, Konsul Jenderal Tiongkok di Denpasar, Zhang Zhisheng, menyoroti peran strategis Tiongkok dan Indonesia sebagai kekuatan vital dalam memelihara perdamaian global.

Pernyataan ini mengemuka dalam sebuah simposium di Denpasar yang sarat akan makna historis, yakni peringatan 80 tahun kemenangan perang perlawanan rakyat China melawan agresi Jepang dan perang antifasis dunia.

Dalam pidatonya, Zhisheng menekankan adanya kesamaan visi dan kepentingan antara kedua negara yang melampaui sekadar hubungan bilateral.

"Tiongkok dan Indonesia memiliki kepentingan serta misi bersama dalam menjaga perdamaian dunia dan menegakkan keadilan internasional," kata Zhisheng pada Selasa (13/8/2025) sebagaimana dilansir Antara. 

Landasan kerja sama ini, menurutnya, berakar pada prinsip-prinsip historis yang telah teruji oleh waktu.

Ia merujuk pada Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai yang menjadi pilar kebijakan luar negeri Tiongkok, serta semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955.

Konferensi legendaris tersebut menghasilkan Dasasila Bandung, yang kemudian diadopsi sebagai norma fundamental dalam hubungan internasional.

Bagi Zhisheng, prinsip-prinsip ini bukanlah sekadar catatan sejarah, melainkan fondasi yang relevan hingga kini.

"Itu secara efektif telah menjaga perdamaian dan stabilitas di Asia dan dunia serta mendorong perkembangan hubungan internasional yang sehat," ucapnya.

Baca Juga: Bank Indonesia Tutup 18 Agustus 2025, Kegiatan Operasional Libur

Era Baru Kerja Sama: Dari BRICS hingga Sabuk dan Jala

Sebagai dua negara berkembang dengan pengaruh signifikan di tingkat regional dan global, kemitraan Indonesia dan Tiongkok dinilai menjadi kekuatan penting dalam menjaga tatanan dunia pasca-perang.

Zhisheng menyinggung keanggotaan kedua negara dalam kelompok BRICS, yang merepresentasikan kekuatan negara-negara selatan global (Global South) yang posisinya kian meningkat di panggung internasional.

Lebih lanjut, ia mengajak untuk merealisasikan konsensus yang telah disepakati oleh kedua kepala negara.

Salah satu wujud konkretnya adalah melalui inisiatif ambisius yang telah berjalan.

"Secara aktif mendorong pembangunan Sabuk dan Jalan (belt and road) dan membangun pola kerja sama baru mencakup politik, ekonomi, budaya, maritim dan keamanan," imbuhnya.

Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) sendiri merupakan program pembangunan infrastruktur global yang diusung Tiongkok sejak 2013 untuk meningkatkan konektivitas dan kerja sama ekonomi.

Di Indonesia, proyek ini telah diwujudkan antara lain melalui Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Mengenang Sejarah untuk Masa Depan

Peringatan 80 tahun kemenangan perang melawan agresi Jepang menjadi pengingat akan bahaya yang masih mengintai.

Menurut Zhisheng, hegemoni, mentalitas Perang Dingin, dan politik kekuasaan masih menjadi ancaman nyata bagi perdamaian dunia.

Ia menegaskan bahwa refleksi sejarah ini bukanlah bertujuan untuk menyebar kebencian.

Sebaliknya, momen ini dimanfaatkan untuk mengenang jasa para pahlawan dan mengambil pelajaran berharga demi mempertahankan perdamaian dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih baik.

Melalui peringatan ini, Tiongkok dan Indonesia menegaskan kembali komitmen bersama untuk mendorong pembangunan dan menjaga stabilitas di tengah tantangan global.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI