Melalui piket, anak belajar tentang tanggung jawab pribadi, kerja sama tim, disiplin, dan kesetaraan.
Mereka diajarkan bahwa menjaga kebersihan lingkungan adalah kewajiban bersama, bukan tugas orang lain.
"Ini bukan sayang, ini menjerumuskan. Kalau piket saja digantikan, bagaimana nanti saat dia dapat tugas kelompok? Apa ibunya juga yang akan datang untuk mengerjakan?" komentar pedas lain dari seorang pengguna Instagram.
Kekhawatiran ini sangat beralasan.
Pola asuh yang terlalu melindungi atau helicopter parenting, di mana orang tua selalu "terbang" di atas anak dan menyelesaikan semua masalahnya, terbukti dapat menciptakan generasi yang tidak mandiri, mudah menyerah, dan tidak memiliki kemampuan problem-solving yang baik.
Kejadian ini menjadi cermin bagi banyak orang tua di kota-kota besar yang mungkin tanpa sadar melakukan hal serupa dalam bentuk yang berbeda.
Entah itu mengerjakan seluruh pekerjaan rumah anak, atau selalu membela anak tanpa mencari tahu kebenaran saat ada masalah di sekolah.
Pada akhirnya, video singkat ini meninggalkan sebuah pertanyaan besar bagi masyarakat, khususnya para orang tua.
Di manakah batas antara kasih sayang yang mendukung dengan perlindungan yang justru melumpuhkan?
Baca Juga: Gen Alpha Beda dari Kita! Pola Asuh Zilenial Ubah Segalanya
Sementara sang anak dalam video itu duduk dengan tenang, perdebatan tentang masa depannya dan masa depan pendidikan karakter anak Indonesia terus berkecamuk di dunia maya.