Ketua BEM UI Serukan Bupati Pati Mundur: Sudah Jadi Pengecut, Bukan Pejabat!

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Jum'at, 15 Agustus 2025 | 15:15 WIB
Ketua BEM UI Serukan Bupati Pati Mundur: Sudah Jadi Pengecut, Bukan Pejabat!
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), Zayyid Sulthan Rahman (kiri). (Suara.com/Mayla)

Suara.com - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), Zayyid Sulthan Rahman, melontarkan tuntutan keras agar Bupati Pati Sudewo segera mundur dari jabatannya.

Tuntutan ini disampaikannya dalam diskusi publik yang digelar di Jakarta, Kamis (14/8/2024) malam.

Kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) oleh Pemkab Pati telah menuai protes dari warga dalam beberapa pekan terakhir.

Menurut Zayyid, sang bupati tak hanya membuat kebijakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang menyeleweng, tetapi juga secara arogan telah menantang kekuatan rakyat dan meremehkan demokrasi.

Zayyid menilai ada dua hal besar yang membuat Bupati Pati layak untuk lengser. Ia secara terang-terangan menyebut bahwa alasan untuk mundur sudah sangat lengkap.

"Secara dua hal bagi saya sudah lengkaplah untuk dia mundur. Pertama dia menantang kekuatan masyarakat, kedua secara substansial pun membuat kebijakan yang menyeleweng," tegas Zayyid.

Lebih lanjut, Zayyid menyoroti sikap bupati yang dianggapnya meremehkan sistem demokrasi yang telah mengantarkannya ke kursi kekuasaan.

Alih-alih mendengarkan aspirasi dan kritik masyarakat yang menolak kenaikan PBB, sang bupati justru memilih untuk menantang balik.

"Dia menantang sistem yang membuat dia naik sebagai Bupati juga," katanya.

Baca Juga: Bupati Pati Sudewo Disebut Telah Kembalikan Uang dari Kasus DJKA, KPK : Tak Hapus Pidana

Puncak kekesalan Zayyid terdengar saat ia menyebut sang bupati sudah tak layak lagi menyandang status sebagai pejabat publik. Baginya, sikap yang menolak evaluasi dan melawan kehendak rakyat adalah sebuah tindakan pengecut.

"Di situlah titik seharusnya pejabat tidak lagi dikatakan seorang pejabat, sudah menjadi seorang pengecut," ujar Zayyid.

Zayyid menyayangkan sikap defensif Bupati Pati. Menurutnya, jika sang bupati mau bersikap evaluatif dan mendengarkan suara masyarakat, pintu maaf mungkin masih terbuka.

Namun, dengan memilih menantang, ia justru telah kehilangan legitimasinya di mata publik.

Demo Tuntut Sudewo Mundur

Pada Rabu (13/8/2025), ribuan warga Pati tumpah ruah ke jalan menuntut Sudewo mundur, dipicu serangkaian kebijakan kontroversial, salah satunya rencana kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250 persen.

Massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pati Bersatu berunjuk rasa di depan Kantor Bupati Pati, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8/2025). Mereka menuntut Bupati Pati Sudewo agar mundur dari jabatannya karena dinilai arogan dan sejumlah kebijakannya tidak pro ke masyarakat. [ANTARA FOTO/Aji Styawan].
Massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pati Bersatu menuntut Bupati Pati Sudewo agar mundur dari jabatannya karena dinilai arogan dan sejumlah kebijakannya tidak pro ke masyarakat. [ANTARA FOTO/Aji Styawan].

Meski kebijakan itu resmi dibatalkan pada 8 Agustus 2025, gejolak warga tak mereda.

Tuntutan kini bergeser menjadi desakan agar Sudewo angkat kaki dari jabatannya. Aksi yang digelar sejak pagi hari memanas saat massa berusaha merangsek masuk ke Kantor Bupati Pati, memaksa polisi menembakkan gas air mata.

Ketegangan semakin memuncak ketika Sudewo mencoba menyampaikan permintaan maaf dari atas kendaraan taktis atau rantis Polri.

Tak sampai setengah menit, Sudewo yang muncul di balik tameng aparat hanya sempat mengucapkan beberapa patah kata sebelum menghilang kembali ke dalam kendaraan lapis baja. Lemparan sandal dan botol air mineral dari arah massa membuatnya tak bisa melanjutkan pernyataannya.

“Bismillahirohmanirohim, Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya akan berbuat yang lebih baik,” ujarnya singkat sebelum berlindung kembali.

Reporter: Maylaffayza Adinda Hollaoena

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI