Tak Sudi Pramono Bandingkan Ragunan dengan Singapore Zoo, PSI: Di Sana Banyak Hewan Nokturnal

Rabu, 20 Agustus 2025 | 11:51 WIB
Tak Sudi Pramono Bandingkan Ragunan dengan Singapore Zoo, PSI: Di Sana Banyak Hewan Nokturnal
Tak Sudi Pramono Bandingkan Ragunan dengan Singapore Zoo, PSI: Di Sana Banyak Hewan Nokturnal. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Suara.com - Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta merespons pernyataan Gubernur DKI Pramono Anung yang membandingkan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dengen Kebun Binatang Singapura alias Singapore Zoo atas rencana membuka TMR hingga malam hari. Menurutnya, apa yang disampaikan Pramono tersebut tidak tepat.

Sekretaris Komisi E DPRD DKI dari Fraksi PSI, Justin Adrian menyebut Singapore Zoo tidaklah sama dengan TMR dari segi luas taman dan jumlah satwa.

Singapore Zoo meski memiliki luas 28 hektare, tapi menampung lebih dari 4.200 satwa yang banyak di antaranya merupakan hewan nokturnal alias aktif saat malam hari.

“Sementara Ragunan hanya memiliki sekitar 2.000–2.200 satwa dengan luas 127 hektar, artinya luasnya wilayah Ragunan juga mengindikasikan beban yang harus ditanggung dalam memastikan keamanan satwa maupun pengunjung,” kata Justin saat dihubungi Suara.com, Rabu (20/8/2025).

Ia mengatakan, kebun binatang tidak bisa disamakan dengan sekadar ruang rekreasi. Ada tanggung jawab besar untuk menjaga kesejahteraan satwa di dalamnya, bukan hanya sekadar mengejar sisi pariwisata.

Pilitisi PSI, Justin Adrian Untayana. [Ist]
Pilitisi PSI, Justin Adrian Untayana. [Ist]

“Wacana membuka Ragunan hingga malam hari memang dapat dianggap menarik dari sisi pariwisata, tetapi kami di Fraksi PSI justru menekankan bahwa kebun binatang berbeda dengan sekadar ruang rekreasi, di sana ada makhluk hidup yang perlu kita jaga kesejahteraannya,” ujarnya.

Justin mengingatkan, jika ide ini dipaksakan, justru ada risiko besar terhadap kesejahteraan satwa. Apalagi, kata dia, Ragunan masih punya sejumlah catatan terkait pengelolaan fasilitas hingga keamanan.

“Kalau ide ini dipaksakan, risikonya justru mengganggu kesejahteraan satwa yang ada. Apalagi kegiatan malam hari juga bisa membuka masalah baru, karena saat ini Ragunan masih memiliki catatan dalam memberikan layanan yang baik dari sisi kebersihan sampah, toilet pengunjung, kesejahteraan satwa serta keamanan dari kriminalitas,” ungkapnya.

Pengunjung melihat burung pelican saat berwisata di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta, Selasa (26/12/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Ilustrasi Taman Margasatwa Ragunan. [Suara.com/Alfian Winanto]

Lebih lanjut, Justin juga mempertanyakan siapa sebenarnya target pasar dari kebijakan tersebut. Ia khawatir, jika tidak dipikirkan matang-matang, justru akan merugikan pengelolaan Ragunan sendiri.

Baca Juga: Diperiksa Kasus Ijazah Palsu Jokowi, Roy Suryo Pasang Jam Malam: Ancam Walk Out Jika Lewat Magrib!

“Kami justru mempertanyakan target pasarnya siapa? Jangan sampai kalau kita buka untuk pengunjung hingga malam hari tapi fasilitas di sana tidak memadai dan satwa di sana jadi terganggu malah merugikan,” tuturnya.

Selain itu, Justin meminta Pemprov DKI transparan dalam perencanaan, terutama soal penggunaan anggaran. Sebab, dengan tambahan jam operasional, otomatis akan ada biaya baru yang harus ditanggung.

“Pemprov DKI juga perlu transparan karena dengan penambahan waktu hingga malam hari tentunya akan lebih besar anggaran dari pajak masyarakat yang digunakan, baik untuk SDM, perbaikan fasilitas pengunjung, penerangan hingga pengawasan pengunjung di Ragunan,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI