Video ini memiliki semua ciri khas konten hoax: menggunakan foto yang sudah ada, menempelkan narasi fiktif yang sangat provokatif, dan menyebarkannya tanpa sumber yang jelas untuk mendulang engagement.
Dapat disimpulkan dengan tingkat kepastian yang sangat tinggi bahwa klaim ini adalah hoax.
Lalu, mengapa hoax ini bisa meledak sedemikian rupa? Jawabannya terletak pada kondisi psikologis publik saat ini.
Tingkat kepercayaan dan kepuasan terhadap kinerja DPR berada di titik nadir. Publik sedang sangat marah dan kecewa.
Video hoax ini datang di saat yang tepat, memberikan apa yang ingin mereka lihat dan dengar yakni mengenai validasi atas kemarahan mereka.
Mereka merayakan cerita ini bukan karena percaya pada Pasha, tetapi karena cerita ini mengonfirmasi keyakinan mereka bahwa DPR adalah sarang korupsi, sampai-sampai "orang dalam" pun memilih untuk keluar.

Pada akhirnya, viralnya hoax ini bukanlah cerita tentang Pasha Ungu.
Ini adalah cerita tentang betapa dalamnya jurang ketidakpercayaan antara rakyat dan para wakilnya.
Sebuah pelajaran pahit bahwa ketika sebuah lembaga kehilangan legitimasinya, sebuah kebohongan yang indah akan lebih mudah dipercaya daripada kenyataan yang mengecewakan.
Baca Juga: DPR Dikatai Tak Punya Empati, Sahroni: Kerja Kami di Dapil Tak Terekspos, Silakan Maki-Maki Saja!
Menurut Anda, apa yang ditunjukkan oleh viralnya hoax ini tentang kondisi demokrasi dan kepercayaan publik kita saat ini?
Sampaikan analisis Anda di kolom komentar.