Viral Remaja 19 Tahun Sudah Punya 5 Anak, Pertama Kali Hamil Saat Kelas 6 SD

Sumarni Suara.Com
Kamis, 28 Agustus 2025 | 10:54 WIB
Viral Remaja 19 Tahun Sudah Punya 5 Anak, Pertama Kali Hamil Saat Kelas 6 SD
Ilustrasi - Remaja 19 Tahun Sudah Punya 5 Anak. (Freepik)

Tubuh remaja belum sepenuhnya siap untuk menanggung beban kehamilan dan persalinan.

Secara fisik, panggul remaja masih dalam masa pertumbuhan dan belum matang, sehingga dapat meningkatkan risiko komplikasi saat melahirkan.

Hal ini sering kali berujung pada persalinan prematur, berat bayi lahir rendah, hingga risiko kematian bagi ibu dan bayi.

Selain risiko fisik, dampak psikologis juga tidak kalah berbahaya.

Remaja yang hamil sering kali mengalami tekanan mental yang berat, termasuk depresi, kecemasan, dan trauma. Mereka harus menghadapi perubahan hidup yang drastis, putus sekolah, dan stigma sosial dari masyarakat.

Beban ini bisa mengganggu perkembangan emosional mereka dan berdampak pada cara mereka mengasuh anak.

"Banyak kasus kehamilan di bawah umur berakhir dengan putus sekolah, hilangnya kesempatan meraih pendidikan dan pekerjaan yang layak, serta memicu kemiskinan dalam keluarga," kata seorang ahli sosiologi.

Pihak keluarga juga akan merasakan dampaknya. Selain beban finansial untuk membiayai persalinan dan kebutuhan bayi, ada tekanan sosial yang mungkin membuat orang tua dan keluarga merasa malu.

Anak yang dilahirkan dari ibu yang masih remaja juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan dan perkembangan di kemudian hari.

Baca Juga: 7 Fakta Drama Ridwan Kamil: DNA Negatif, Tapi Misteri Uang Bulanan Muncul

Upaya Pencegahan dan Perlindungan

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah melalui revisi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang kini diubah menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019. Aturan baru ini menaikkan batas usia pernikahan untuk perempuan dan laki-laki menjadi 19 tahun.

Selain regulasi, edukasi dan sosialisasi juga memegang peranan krusial.

Penting untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada remaja, baik di sekolah maupun melalui program-program komunitas.

Informasi mengenai bahaya seks bebas, penggunaan kontrasepsi, dan hak-hak reproduksi harus disampaikan dengan cara yang mudah dipahami dan tidak menghakimi.

Peran orang tua dan keluarga juga sangat penting. Komunikasi terbuka antara orang tua dan anak mengenai masalah ini bisa membantu mencegah remaja mengambil keputusan yang berisiko.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?