Arogansi Polisi Amankan Demo Jakarta: Baru Selesai Makan Warga Dihajar hingga Dihantam Laras Panjang

Minggu, 31 Agustus 2025 | 13:23 WIB
Arogansi Polisi Amankan Demo Jakarta: Baru Selesai Makan Warga Dihajar hingga Dihantam Laras Panjang
Detik-detik arogansi polisi yang menghajar warga usai makan di warteg yang ada di Jalan Kwini 1, Senen, Jakarta Pusat. (X.com)

Suara.com - Sebuah video yang beredar luas di media sosial X (sebelumnya Twitter) menjadi bukti nyata arogansi dan brutalitas oknum kepolisian yang semakin meresahkan masyarakat.

Video yang diunggah oleh akun @rektdrks, menampilkan detik-detik mengerikan seorang warga sipil dihajar tanpa ampun di sekitar warteg.

Insiden ini, yang terekam jelas, bukan hanya menyoroti pelanggaran hak asasi, namun juga memicu kembali kemarahan publik terhadap tindakan represif aparat, yang semakin memperparah gelombang demonstrasi di Jakarta dan beberapa daerah lainnya.

Detik-detik Kengerian di Warteg

Video berdurasi singkat tersebut memperlihatkan suasana mencekam di dalam sebuah warteg yang berada di Jalan Kwini 1, Senen Jakarta Pusat.

Beberapa oknum polisi yang mengenakan seragam lengkap terlihat menyerbu masuk.

Tanpa basa-basi, seorang pria yang diduga sedang merokok setelah menyantap makan malamnya menjadi sasaran amuk.

Pria tersebut tampak tidak melakukan perlawanan signifikan, namun ia secara brutal dipukuli, diseret, dan dihajar oleh beberapa anggota polisi.

Kekerasan tersebut dilakukan secara terang-terangan di hadapan beberapa saksi mata, termasuk para pekerja warteg yang terlihat ketakutan.

Baca Juga: Heboh! Lucinta Luna Orasi di Depan DPR, Sindir Pemerintah hingga Kibarkan Bendera One Piece

Detik-detik pemukulan ini menunjukkan bagaimana aparat penegak hukum yang seharusnya melindungi dan mengayomi masyarakat, justru berubah menjadi algojo yang represif.

Indikasi arogansi sangat jelas terlihat, di mana tindakan pengamanan yang seharusnya persuasif dan humanis, berganti menjadi tindakan kekerasan yang tidak proporsional dan tidak beralasan.

Ironisnya, korban pemukulan belum tentu terbukti bersalah atau terlibat dalam tindak pidana, namun sudah diperlakukan layaknya penjahat.

Gelombang Kecaman dari Netizen

Video brutalitas ini sontak memicu gelombang kecaman dan kemarahan dari netizen.

Berbagai komentar miris dan pedas membanjiri lini masa, menunjukkan betapa muaknya masyarakat dengan perilaku aparat.

"Sudah kelewatan ini, pak polisi. Harusnya ngayomi, kok malah main hakim sendiri," tulis seorang netizen dengan akun @WargaBiasa.

Netizen lain, @SuaraRakyat, menyoroti inkonsistensi penegakan hukum, "Kalau preman mukul dihukum, kalau polisi mukul kenapa diam saja? Hukum tumpul ke atas, tajam ke bawah!"

"Ini bukan lagi soal penegakan hukum, tapi pamer kekuasaan. Rakyat sudah muak!" tambah @AntiTindas.

Komentar-komentar ini mencerminkan sentimen publik yang semakin jengah dengan arogansi pejabat dan penegak hukum yang kerap berlaku semena-mena.

Mereka mempertanyakan kredibilitas institusi kepolisian dan menuntut pertanggungjawaban atas tindakan represif yang terus berulang.

Api Protes dari Arogansi Pejabat dan Kematian Affan Kurniawan

Insiden di warteg ini bukan sekadar kasus tunggal, melainkan salah satu dari sekian banyak pemicu yang memperpanas situasi sosial politik di Indonesia.

Gelombang demonstrasi besar-besaran yang pecah di Jakarta dan beberapa daerah lainnya sejatinya adalah akumulasi dari rasa ketidakadilan dan kekecewaan publik terhadap arogansi pejabat serta tindakan represif aparat.

Salah satu peristiwa krusial yang turut memantik api protes adalah kematian tragis Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, yang tewas dilindas mobil rantis Brimob di Pejompongan.

Kematian Affan, yang disinyalir akibat kelalaian dan ketidakhati-hatian aparat, menjadi simbol nyata bagaimana nyawa rakyat kecil seolah tak berarti di mata penguasa.

Kasus ini, ditambah dengan serangkaian insiden serupa, semakin memperkuat keyakinan publik bahwa ada jurang pemisah yang lebar antara rakyat dan para pemegang kekuasaan.

Peristiwa di warteg, dengan brutalitas yang terekam jelas, semakin mengukuhkan narasi bahwa aparat keamanan, alih-alih menjadi pelindung, justru menjadi ancaman bagi warga sipil.

Aksi-aksi represif yang dilakukan tanpa dasar yang jelas ini hanya akan memperdalam jurang ketidakpercayaan, memicu kemarahan yang lebih besar, dan pada akhirnya, memperluas gelombang perlawanan dari rakyat yang sudah terlalu lama terbebani oleh arogansi dan ketidakadilan.

Mendesak Reformasi dan Akuntabilitas

Masyarakat menuntut reformasi total dalam tubuh institusi kepolisian dan penegak hukum.

Perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional prosedur, pelatihan yang lebih humanis, serta penegakan hukum yang adil dan transparan bagi setiap oknum yang terbukti melakukan pelanggaran.

Tanpa akuntabilitas yang jelas dan tindakan nyata untuk menghentikan brutalitas ini, gelombang protes dan ketidakpuasan publik dipastikan akan terus berlanjut, menjadi pengingat pahit bahwa arogansi kekuasaan pada akhirnya hanya akan melahirkan perlawanan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?