Suara.com - Sebagai kota metropolitan yang tidak pernah tidur, Jakarta mengandalkan sistem transportasi publik yang efisien untuk menunjang pergerakan jutaan warganya.
Di jantung mobilitas ini, Transjakarta berdiri sebagai tulang punggung utama, terus berinovasi untuk mengatasi dinamika lalu lintas yang padat.
Sistem Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta memegang rekor sebagai yang terpanjang di dunia, dengan total panjang jaringan koridor utama mencapai 251,2 kilometer.
Hingga Februari 2025, sistem ini telah berkembang pesat, menawarkan beragam layanan yang terintegrasi.
Memahami Ragam Layanan Transjakarta
Keunggulan utama sistem Transjakarta adalah penggunaan jalur khusus (busway) yang memungkinkan perjalanan lebih cepat dan bebas macet.
Namun, jaringannya lebih dari sekadar koridor BRT. Berikut adalah ragam layanan yang tersedia:
- Koridor Utama BRT: Terdapat 14 koridor utama yang menjangkau titik-titik vital di seluruh penjuru Jakarta.
- Rute Lintas Koridor: Sebanyak 16 rute BRT lintas koridor memungkinkan penumpang berpindah antar-koridor tanpa perlu transit di halte pusat.
- Rute Non-BRT (Feeder): Sebanyak 59 rute dalam kota berfungsi sebagai pengumpan, menghubungkan kawasan permukiman dan perkantoran ke koridor utama.
- Transjabodetabek: Sebanyak 14 rute melayani komuter dari kota penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
- Royaltrans: Sebanyak 11 rute premium dengan armada yang lebih nyaman untuk kenyamanan ekstra.
- Pengumpan Rumah Susun: Sebanyak 13 rute khusus untuk memudahkan akses bagi warga rusun.
- Mikrotrans: Sebanyak 96 rute angkutan kota (angkot) yang terintegrasi penuh ke dalam sistem pembayaran dan jaringan Transjakarta.
- Bus Wisata: Terdapat 4 rute bus wisata tingkat gratis yang melintasi berbagai ikon bersejarah Jakarta.
Memahami rute koridor utama adalah kunci untuk mengoptimalkan perjalanan Anda.
- Koridor 1 (Blok M – Kota): Rute ikonik pertama yang beroperasi sejak 2004, melintasi jalur sentral bisnis seperti Dukuh Atas, Monumen Nasional (Monas), Harmoni, dan Glodok.
- Koridor 2 (Pulo Gadung – Monumen Nasional): Menjadi akses vital bagi warga dari Jakarta Timur menuju pusat kota, melewati area strategis seperti Balai Kota.
- Koridor 3 (Kalideres – Monumen Nasional): Melayani penumpang dari Jakarta Barat, melewati kawasan padat seperti Grogol dan Pesakih.
- Koridor 9 (Pinang Ranti – Pluit): Merupakan koridor BRT terpanjang (28,8 km), menghubungkan Jakarta Timur dan Jakarta Utara melalui hub transit penting seperti Grogol dan Pancoran.
- Koridor 10 (Tanjung Priok – PGC 2): Menghubungkan Jakarta Utara dan Jakarta Timur, melintasi area Sunter Kelapa Gading dan Cawang.
- Koridor 11 (Kampung Melayu – Pulo Gebang): Andalan warga Jakarta Timur yang terintegrasi dengan moda kereta api di Stasiun Jatinegara dan Stasiun Klender.
- Koridor 12 (Pluit – Tanjung Priok): Melayani mobilitas di pesisir utara Jakarta, melewati pusat perdagangan Mangga Dua dan kawasan Kota Tua.
- Koridor 13 (Ciledug – Tendean): Satu-satunya koridor yang beroperasi sepenuhnya di jalur layang (elevated), memberikan solusi perjalanan bebas hambatan.
Inovasi dan Sejarah Layanan
Baca Juga: Transjakarta Kembali Normal! Semua Rute Dibuka Pagi Ini Setelah Sempat Lumpuh Akibat Demo Ricuh
Diluncurkan pada tahun 2004, Transjakarta terus berevolusi.
Pada tahun 2015, kualitas layanannya diakui secara internasional ketika enam koridornya (Koridor 1, 2, 3, 5, 6, dan 9) meraih predikat Bronze Standard dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP).
Salah satu inovasi paling signifikan adalah operasional 24 jam di semua koridor utama. Layanan malam hari yang beroperasi dari pukul 22:00 hingga 05:00 ini dikenal sebagai AMARI (Angkutan Malam Hari), memastikan Jakarta tetap terhubung sepanjang waktu.