- ASN yang Gugur Saat Kerusuhan DPRD Makassar
- Detik-Detik Terakhir Syaiful Hubungi Keluarga: “Saya Sudah Terjebak Ini”
- Keluarga Syaiful : Jangan Ada Lagi Kerusuhan, Jangan Sampai Nyawa Melayang Sia-Sia
Suara.com - Suasana duka masih menyelimuti rumah sederhana di Perumahan Bontobiraeng Indah, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.
Kursi-kursi plastik tersusun rapi di teras. Sejumlah kerabat duduk termangu, menunduk, seolah tak percaya Syaiful Akbar kini hanya tinggal kenangan.
Istrinya tak kuasa berkata. Yang ada hanyalah tatapan kosong yang tergambar di wajahnya.
Syaiful, Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Ujungtanah, menjadi korban dalam kerusuhan di gedung DPRD Makassar, pekan lalu.
Jenazahnya telah dimakamkan di Palopo, tempat ia mengabdi selama puluhan tahun sebagai ASN. Namun, luka kepergian itu masih sangat terasa.
Paman korban, Yasmin bilang masih mengingat jelas detik-detik terakhir komunikasi Syaiful dengan keluarganya.
Jumat, 29 Agustus 2025 malam itu, sekitar pukul 21.30 wita, Syaiful menghubungi anak bungsu dan istrinya.
"Dia bilang, 'saya sudah terjebak ini'. Dibalas anaknya, 'cari jalan keluar, Pak'. Tapi api sudah membesar dari (lantai) bawah dan belakang," tutur Yasmin saat ditemui.
Saat kejadian, Syaiful sedang mewakili Camat Ujung Tanah dalam rapat Paripurna APBD Perubahan di DPRD Kota Makassar.
Baca Juga: Ginjal Polisi Diinjak-injak Saat Unjuk Rasa Anarkis, Harus Cuci Darah
Hingga pukul 22.17 Wita, komunikasi sudah terputus. Tak ada lagi jawaban. Hanya keheningan yang menyisakan firasat buruk.
Anaknya langsung berteriak histeris, "sudah tidak ada bapakku!". Trauma itu masih melekat kuat di kepala putri bungsunya hingga kini.
"Keluarga duga pas komunikasi terputus itu beliau sudah memutuskan melompat karena api sudah sampai di atas lantai tiga," ucapnya.
![Gedung DPRD Makassar dibakar massa Jumat (29/8/2025). [Suara.com/Lorensia Clara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/29/86498-dprd-makassar-dibakar.jpg)
Menurut keterangan rekan-rekannya, sebelum api melalap habis gedung, Syaiful sempat lebih dulu menolong pegawai lain yang berebut di pintu keluar.
Pengalaman masa lalunya di bagian Ketentraman dan Ketertiban Umum membuatnya terlatih menghadapi situasi panik.
Syaiful dan beberapa Satpol PP lantas naik ke lantai empat. Dalam keadaan putus asa, mereka memilih untuk melompat, karena tak ada lagi jalan lain.