“Pak Jokowi itu orang yang menyadari betul bahwa ratusan juta manusia Indonesia itu gampang terpesona, gampang jatuh cinta, gampang terharu, gampang kasihan. Itu yang dimobilisasi rasa itu, hati-hati loh,” tambahnya.
Sehingga menurut Akbar jika dikaitkan dengan maju dan tidaknya Gibran di periode selanjutnya, Jokowi masih memiliki banyak penggemar.
“Saya adalah saksi mata. Gerakan kampanye lempar-lempar baju dari mobil itu, Ketika kami dijalanan dari Klaten ke Solo tengah malam itu lempar-lempar,” ungkapnya.
“Beliau sangat memahami itu. Nah apa hubungannya dengan maju atau tidak? Masih banyak loh orang-orang yang menyukai beliau, itu sah saja, tambahnya.
Akbar kemudian mengatakan bahwa tugasnya saat ini yaitu membuka mata masyarakat Indonesia agar mencintai dan membenci seseorang sewajarnya saja.
Sehingga tidak berlebihan dalam mencintai maupun membenci. Hal ini tentu besar kaitannya dengan menjadikan Indonesia lebih baik lagi di masa depan.
“Nah sekarang tugas orang seperti saya, Hensat, karena kita punya banyak informasi dan pengalaman, buka mata orang-orang bahwa cintailah secukupnya dan bencilah secukupnya juga,” urainya.
“Cinta itu tujuannya agar Indonesia baik dimasa depan, bencilah secukupnya, jangan sampai karena kita benci kita lupa dengan kebaikan-kebaikan,” sambungnya.
Kontributor : Kanita
Baca Juga: Mahfud MD: Wajah Politik Kita Masih Seperti Bebek Digiring