Bahkan ada yang menolak mengganti foto profil menjadi pink-hijau karena menganggap simbol ini tak layak dihubungkan dengan sosok Ibu Ana.
“Mohon maaf ya, bukan gak respect dan bukannya gak mau ganti PP pink-hijau. Saya cuma ngerasa aneh aja yang menjadikan Ibu Ana sebagai makna dari warna pink tersebut. Okelah keberaniannya, tapi bukan kata-kata kotornya! Ini gak pantas dicontoh dan gak pantas diapresiasi,” ucap @blll****.
Dugaan Manipulasi dan Potongan Video
Di tengah ramainya perdebatan, muncul analisis berbeda dari penulis dan aktivis Kalis Mardiasih. Dalam unggahan Instagramnya, Kalis menegaskan bahwa banyak video Ibu Ana dipotong-potong dan bahkan diframing seolah-olah ia adalah provokator dan rasis.
Dalam video berdurasi 5 menit yang asli, menurut Kalis, poin-poin yang disampaikan Ibu Ana sebenarnya cukup jelas.
1. Ia meminta polisi tidak menangkap para demonstran agar situasi tetap kondusif.
2. Ia mengingatkan soal kerusuhan 1998, mengilustrasikan kemungkinan chaos jika penangkapan terus dilakukan.
3. Ia menanyakan nasib anak-anak yang sudah lebih dulu diamankan aparat.
Namun, kata-kata kunci seperti “bakar”, “bensin”, dan “mobil China” dipotong dan disajikan secara terpisah dalam video pendek, membuat konteksnya berubah total.
Baca Juga: Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Dua Kubu Netizen: Dukungan vs Penolakan
Fenomena “Brave Pink” kini memunculkan dua kutub besar di media sosial. Kubu pro melihat keberanian Ibu Ana sebagai representasi rakyat sipil yang berani melawan sistem.
“IMO, terlepas dari apa yang diucapkan Ibu Ana, Brave Pink hadir sebagai simbol dari performa beliau waktu turun ke jalan — rakyat sipil biasa yang berani selantang itu ngelawan sistem & aparat. She literally embodied that ENERGY and I believe that's exactly what Brave Pink represents,” kata @and****.
Ada pula yang mencoba meredam perdebatan dengan candaan.
“Buat yang gak terima simbol Brave Pink terinspirasi dari warna kerudung Bu Ana, anggap aja dari celananya Sahroni, udah kelar… negara lagi chaos segala warna diributin,” timpal @rid****.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana simbol di era digital bisa berubah makna dengan cepat. “Brave Pink” awalnya lahir sebagai ekspresi solidaritas dan keberanian rakyat sipil, namun kini maknanya terbelah akibat framing media, potongan video, dan interpretasi publik yang berbeda-beda.