- Mahfud MD sebut Nadiem bersih tapi tak paham birokrasi dan jarang beri arahan saat pandemi.
- Mahfud pernah kritik pengadaan Chromebook yang tak tepat sasaran di tengah minimnya fasilitas pendidikan dasar.
- Nadiem ditetapkan tersangka korupsi Chromebook dengan kerugian negara Rp1,98 triliun dan ditahan di Rutan Salemba.
Suara.com - Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD, menilai mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, sebagai sosok yang bersih. Sayangnya, ia tidak memahami birokrasi pemerintahan.
“Menurut saya, Nadiem itu adalah orang yang bersih. Bersih, tetapi tidak paham birokrasi dan pemerintahan,” kata Mahfud dalam podcast Terus Terang di kanal Mahfud MD Official, dikutip Kamis (11/9/2025).
Mahfud MD menuturkan salah satu tanda Nadiem Makarim tak mengenal birokrasi adalah jarang berkantor. Bahkan, ia pernah mendapat cerita seorang pejabat yang hendak bertemu Nadiem, namun justru bertemu di hotel karena Nadiem disebut jarang berada di kantor.
“Karena konon dia enggak ngantor di kantornya, ditemuinya di hotel,” ujarnya.
Selain itu, Mahfud menyebut Nadiem kerap mengelola kementerian layaknya perusahaan rintisan yang pernah ia bangun.
Hal ini terlihat saat forum rektor seluruh Indonesia pernah memprotes tidak adanya arahan kebijakan dari Nadiem selama pandemi Covid-19.
“Saya alhamdulillah menteri (Mahfud MD) bisa menegur kami, selama ini kami enggak pernah (mendapat arahan),” ungkap Rektor Universitas Diponegoro kala itu.
Mahfud mengaku pernah langsung menegur Nadiem agar memberi arahan. Sebab, hal itu merupakan tugas menteri pendidikan, bukan Menko Polhukam.
Lebih jauh, Mahfud juga menyinggung kebijakan pengadaan Chromebook yang kini menyeret Nadiem dalam dugaan kasus korupsi. Menurutnya, program tersebut tidak tepat sasaran karena dunia pendidikan Indonesia masih kekurangan fasilitas dasar.
“Ada yang pakai tali yang kalau jatuh pasti mati, masa lalu (ada kebijakan pengadaan) Chromebook. Kan harus yang itu dulu,” kata Mahfud.
Nadiem Makarim Tersangka Kasus Chromebook
Sebelumnya, Kejaksaan Agung telah menetapkan Nadiem Makarim tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook pada program digitalisasi pendidikan.
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus, Nurcahyo Jungkung Madyo, menjelaskan Nadiem sejak awal terlibat dalam pertemuan dengan Google Indonesia terkait penggunaan sistem operasi Chrome OS. Permendikbud Nomor 5 Tahun 2021 bahkan disebut mengunci penggunaan sistem operasi tersebut.
Dari hasil penyelidikan, kerugian negara diperkirakan mencapai Rp1,98 triliun, meski jumlah pastinya masih menunggu perhitungan resmi dari BPKP. Nadiem kini dijerat Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 juncto Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001, juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Mantan bos Gojek itu kini ditahan di Rutan Salemba cabang Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan selama 20 hari untuk kepentingan penyidikan.
Kasus ini menambah daftar panjang persoalan korupsi di sektor pendidikan. Publik kini menantikan kelanjutan proses hukum Nadiem Makarim tersangka Chromebook, yang disebut-sebut mirip dengan kasus mantan Menteri Perdagangan Thomas Lembong.