-
Mahasiswa UNG meninggal setelah sempat meminta tolong saat Diksar Mapala.
-
Korban diduga tidak diizinkan panitia ke RS, akhirnya dijemput oleh temannya.
-
Investigasi internal kampus mengungkap acara Mapala tersebut tidak memiliki izin resmi.
Suara.com - Kematian tragis seorang mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Muhammad Jeksen (MJ), setelah mengikuti kegiatan Pendidikan Dasar (Diksar) Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Butaiyo Nusa, membuka kotak pandora dugaan kelalaian fatal dan pelanggaran prosedur serius.
Berikut kronologi lengkap dari peristiwa memilukan tersebut.
Malam Kritis: Permintaan Tolong yang Terabaikan
Semua bermula pada Minggu malam, 21 September 2025. Jeksen, yang sedang mengikuti kegiatan Mapala, mulai mengeluh sakit parah.
Menurut keterangan kakak kandungnya, Hikayat, Jeksen saat itu sudah tidak sanggup melanjutkan kegiatan dan memohon untuk dilarikan ke rumah sakit.
“Namun dari pihak panitia diduga tidak mengizinkan yang bersangkutan ke rumah sakit,” ujar Hikayat seperti dilansir gopos.id-jaringan Suara.com.
Pada saat yang sama, Jeksen berusaha mencari pertolongan lain.
Rekannya, Amar, mengaku menerima panggilan telepon dan serangkaian pesan singkat dari korban.
“Dalam pesan itu, Jeksen meminta saya untuk segera menjemputnya. Jeksen bahkan mengirimkan pesan itu berulang kali. Jeksen mengaku sesak nafas,” kata Amar.
Baca Juga: Protes Sampah Impor, Mapala Banten Kibarkan Merah Putih Raksasa di TPA Bangkonol
Dijemput Teman, Berujung Maut
Mendapat pesan darurat, Amar segera menjemput Jeksen di Sekretariat Mapala.
Ia mendapati temannya sudah dalam kondisi lemas dengan wajah dan leher bengkak.
Tanpa menunggu lama, Amar langsung melarikannya ke rumah sakit.
“Saya langsung bawa dia ke rumah sakit. Saat itu tidak ada sama sekali panitia atau pengurus Mapala yang membawa dia ke Rumah Sakit,” ungkap Amar.
Meski sempat mendapat perawatan intensif, nyawa Jeksen tidak tertolong. Ia meninggal dunia pada Senin (22/9/2025) sekitar jam 09.00 pagi.
![Jenazah MJ, mahasiswa yang meninggal usai ikut Diksar Mapala di Kampus Universitas Negeri Gorontalo (UNG). [Gopos.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/27/15865-jenazah-mj.jpg)
Babak Baru: Laporan Polisi dan Temuan Ilegal
Merasa ada pembiaran, pihak keluarga resmi melaporkan panitia Mapala Butaiyo Nusa ke Polres Bone Bolango atas dugaan kelalaian.
“Teman-temannya saat itu yang membawa korban ke rumah sakit sementara pihak panitia tidak ada yang inisiatif membawa korban yang yang saat itu mengeluh sakit,” ujar perwakilan keluarga, Elfin.
Pukulan telak datang dari hasil investigasi internal yang dirilis UNG pada Jumat (26/9/2025).
Ketua Tim Investigasi, Joni Apriyanto, mengungkap fakta mengejutkan bahwa kegiatan diksar tersebut ilegal.
“Surat izin kegiatan tidak ada, termasuk tidak mencantumkan rencana mitigasi risiko. Fakultas juga tidak mengeluarkan surat tugas maupun surat izin terkait kegiatan tersebut,” ungkap Joni.
Selain itu, ia menyoroti tidak adanya pengawasan sama sekali dari pihak fakultas.
Penyelidikan Mengarah ke Kampus
Temuan ini menjadi amunisi baru bagi kepolisian.
![Kapolres Bone Bolango, AKBP Supriantoro menyampaikan keterangan terkait tragedi meninggalnya seorang mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG) usai tewas setelah ikut Diksar Mapala. [Gopos.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/27/92842-kapolres-bone-bolango-akbp-supriantoro.jpg)
Kapolres Bone Bolango, AKBP Supriantoro, menegaskan bahwa pihaknya telah memeriksa 17 saksi, termasuk panitia, peserta, dan alumni.
Dengan adanya konfirmasi bahwa kegiatan itu ilegal, polisi akan mendalami peran kampus.
“Pastinya nanti kami akan juga meminta ikutangan dari pihak kampus, karena memang kemarin dari pihak rektor menyampaikan kegiatan ini tidak ada izinnya. Makanya kami nanti juga akan memintai keterangan secara resmi,” kata Kapolres seperti dilansir Gopos.id-jaringan Suara.com, Sabtu (27/9/2025).