Suara.com - Abdul Hanan, orang tua Alfatih, korban selamat robohnya Pondok Pesantren Al Khoziny mengungkapkan penyesalannya atas kejadian yang menimpa sang anak.
Diketahui bahwa Alfatih menjadi salah satu santri yang menjadi korban ponpes roboh pada pada Senin (29/9/2025).
Imbas insiden tragis itu, Abdul Hanan menjadi sasaran kemarahan istri karena sebelumnya ia sempat menyuruh sang anak kembali ke ponpes lebih cepat.
“Saya disalahkan oleh istri saya, walaupun istri saya ini orangnya tidak pernah berkata kasar kepada saya,” kata Abdul Hanan dari video yang diunggah akun @rumpigosip pada Rabu, 8 Oktober 2025.
“Kenapa sampean tidak turuti Fatih, kan Fatih minta balik hari Rabu, kenapa sampean minta hari Sabtu,” lanjut Abdul Hanan meniru ucapan sang istri kala itu.
Alfatih sebelumnya meminta untuk kembali ke ponpes tempatnya menimba ilmu pada hari Rabu. Namun sang ayah memintanya kembali di hari Sabtu.
“Jadi saya bilang ‘kamu jangan lama-lama di rumah, balik (ke ponpes) nak ya,” ucap Abdul Hanan pada Alfatih kala itu.
Alfatih yang saat itu sempat kehilangan HP merasa bersedih dan meminta kepada orang tuanya untuk tinggal di rumah lebih lama.
“Jadi dia punya HP hilang, saya bilang kalau kamu hilang sesuatu sabar,” tutur Abdul Hanan.
Baca Juga: Audit Total Bangunan Ponpes se-Indonesia Imbas Tragedi Al Khoziny, Kemenag Bakal Gandeng Kemen PU
Setelah dibujuk, Alfatih akhirnya menuruti perintah sang ayah untuk kembali ke pondok pada hari Sabtu.
![Foto udara bangunan musala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025). [ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz]](https://media.arkadia.me/v2/articles/rizkautamii/uM6ZWYN47KKmqfNnIp1Lxl9n1W7jDEcr.png)
Namun tak disangka, tak lama setelah Alfatih kembali ke pondok, peristiwa nahas itu pun terjadi.
“Akhirnya setelah maghrib dia mau balik, saya antar ke pondok hari Sabtu. Ternyata hari Senin kejadian itu,” ujar Abdul Hanan.
Sambil menangis, orang tua santri tersebut mengungkapkan penyesalan yang mendalam atas keputusannya menyuruh sang anak kembali ke pondok lebih cepat.
“Namanya manusia ya, saya sempat menyesali ‘ya Allah kenapa tidak dituruti Fatih balik hari Rabu,” katanya terisak.
Meski dihantui rasa bersalah, Abdul Hanan mencoba berdamai dengan kenyataan bahwa masa depan tak bisa ditebak.