Soal Tanyangan Xpose Uncensored, Sekjen PKB Sampaikan Desakan Ini

Selasa, 14 Oktober 2025 | 14:48 WIB
Soal Tanyangan Xpose Uncensored, Sekjen PKB Sampaikan Desakan Ini
Sekjen PKB Hasanuddin Wahid. Terkait tayangan kontroversial di salah satu stasiun televisi nasional yang diduga menyudutkan pesantren, Hasanuddin menyarankan sejumlah hal. (Suara.com/Bagaskara)
Baca 10 detik
  • Trans7 dituding lecehkan KH Anwar Manshur dan Ponpes Lirboyo.

  • PKB menuntut Trans7 untuk datang dan meminta maaf langsung di Kediri.

  • Tuduhan eksploitasi di pesantren disebut sebagai fitnah dan salah paham tradisi.

Suara.com - Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Hasanuddin Wahid atau Cak Udin meminta redaksi Trans7 untuk sowan atau datang langsung ke Kediri untuk menyampaikan permohonan maaf tulus kepada KH Anwar Manshur.

Desakan ini merupakan respons atas tayangan 'Xpose Uncensored' yang dinilai telah melecehkan martabat pesantren dan mencederai kehormatan pengasuh Ponpes Lirboyo, memicu protes dari para alumni.

Cak Udin menegaskan bahwa langkah para alumni yang mendatangi kantor Trans7 sudah tepat, namun inisiatif seharusnya datang dari pihak media.

"Ya sikap teman-teman alumni santri Lirboyo (sambangi kantor Trans7) sudah tepat, tapi jauh lebih tepat Trans7 yang ke Lirboyo. Mintalah maaf kepada Romo Kiai Anwar Mashur, karena bagaimanapun beliau tokoh panutan kami, para santri, dan bangsa Indonesia," kata Cak Udin di Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Menurutnya, ini bukan sekadar formalitas, melainkan pembuktian bahwa etika dan adab harus menjadi landasan bagi semua pihak, termasuk insan media.

“Trans7 menjadi bukti bahwa setiap tayangan media harus dilengkapi dengan adab dan etika. Keduanya bukan hanya berlaku bagi santri, tapi juga bagi jurnalis dan siapapun yang mengemban tanggung jawab di ruang publik,” tegasnya.

Bantahan Tuduhan 'Perbudakan'

Lebih jauh, Cak Udin mengecam keras narasi dalam tayangan tersebut yang mengesankan adanya 'perbudakan' atau 'eksploitasi' di lingkungan pesantren.

Ia menyebut tuduhan tersebut sebagai fitnah dan cerminan ketidakpahaman terhadap tradisi luhur pendidikan Islam.

Baca Juga: Desak Dewan Pers Turun Tangan, DPR Kuliti Narasi Jahat Trans7 Hina Kiai: Belajar Dulu Baru Liputan!

“Tidak ada yang namanya perbudakan di pondok pesantren. Tidak ada yang namanya eksploitasi di ponpes. Semua itu adalah bagian dari pendidikan akhlakul karimah yang menjunjung tinggi adab dan etika,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa tradisi khidmat atau pengabdian di pesantren adalah bagian dari proses pembentukan karakter dan penghormatan kepada guru, bukan praktik eksploitatif.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI