Kaget Trans7 Tayangkan Citra Negatif Santri Ponpes, Menag Nasaruddin Umar Bilang Gini

Rabu, 15 Oktober 2025 | 12:29 WIB
Kaget Trans7 Tayangkan Citra Negatif Santri Ponpes, Menag Nasaruddin Umar Bilang Gini
Kaget Trans7 Tayangkan Citra Negatif Santri Ponpes, Menag Nasaruddin Umar Bilang Gini
Baca 10 detik
  • Menag Nasaruddin mengaku kaget sekaligus prihatin atas penayangan program Xpose Uncensored' Trans7 soal ponpes Lirboyo karena justru dicitrakan negatif. 
  • Dia pun ikut menyayangkan atas program Trans7 yang kini menjadi polemik di masyarakat. 
  • Menurutnya, tayangan tersebut sangat jauh dengan fakta sebenarnya soal kehidupan santri di pesantren. 

Suara.com - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengaku ikut kaget setelah program 'Xpose Uncensored' Trans7 menjadi polemik karena dianggap telah menghina kalangan kiai dan santri pondok pesantren. Nasaruddin Umar turut sedih karena kehidupan santri diberitakan secara negatif. 

“Saya merasa sangat kaget dan prihatin dengan pemberitaan yang menempatkan pesantren secara negatif. Sekian ratus tahun pondok pesantren berkiprah mendidik manusia Indonesia agar menjadi masyarakat yang beradab, hingga mengkristal dalam nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,” kata Nasaruddin Umar di Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Menanggapi kontroversi atas tayangan program stasiun Tv swasta itu, Menag Nasaruddin mengajak seluruh masyarakat untuk memahami pesantren secara utuh dan kultural. Tak hanya menjadi lembaga pendidikan agama, ponpes dianggap sebagai pencetak pembentukan moral dan karakter bangsa. 

“Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan agama, tetapi pusat pembentukan moral, karakter, dan kemanusiaan. Mari bersama menjaga marwahnya,” ujarnya. 

Dia ikut menyayangkan adanya citra negatif terhadap ponpes sebagaimana tayangan program 'Xpose Uncensored' Trans7. Menag pun mengungkap fakta di balik kehidupan santri di pesantren. Salah satunya tradisi sopan santun yang diajarkan para kiai kepada para santri. 

“Kalau mata hati kita melihat, apa yang terjadi di pondok pesantren sekarang ini justru hal yang berkebalikan dari citra negatif. Ada peningkatan yang sangat tajam, orang memasukkan anaknya ke pondok pesantren,” sebutnya.

“Tradisi pesantren mengajarkan kesantunan murid kepada kiai. Dari situ lahir budaya hormat anak kepada orang tua, yang kemudian berimbas pada rakyat yang berbakti kepada pemimpinnya,” imbuhnya. 

Senada dengan sikap Menag, Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal menyesalkan adanya framing negatif ponpes terkait tayangan 'Xpose Uncensored' Trans7. Menurutnya, penggiringan opini itu justru bisa memicu keresahan terutama  di kalangan santri dan berpotensi menyebabkan disentegrasi di tengah masyarakat. 

“Kita harus jaga ruang publik dari narasi-narasi yang bisa melukai perasaan masyarakat, apalagi yang berkaitan dengan simbol keagamaan. Media seharusnya menjadi perekat bangsa, bukan malah menjadi alat penggiring opini yang bisa memecah belah atau menimbulkan keresahan di tengah masyarakat,” kata Cucun, Rabu.

Baca Juga: Imbas Protes Acara Trans7, Roy Murtadho Skakmat Gus Yahya 'Tiarap' Bicara Isu Ini: Mana Suara Anda?

Permintaan Maaf Trans7

Setelah ramai diboikot di media sosial, Direktur Produksi Trans7 Andi Chairil langsung meminta maaf terkait tayangan program 'Xpose Uncensored' pada Senin (13/10) lalu.

“Kami ingin menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo Kiai Haji Anwar Manshur beserta keluarga besar, juga para pengasuh, santri, dan alumni dari Pondok Pesantren Lirboyo,” kata Andi.

Andi juga mengakui ada unsur kelalaian terkait program 'Xpose Uncensored' dan siap mempertanggungjawabkan soal konten tersebut.

Atas kesalahan itu, Andi pun mengaku telah meminta maaf secara langsung kepada putra KH Anwar Manshur pada Senin malam.

”Kami mengakui kelalaian dalam isi pemberitaan itu, di mana kami tidak melakukan sensor yang mendalam secara teliti terhadap materi dari pihak luar. Namun, kami tidak berlepas tanggung jawab atas kesalahan tersebut," ujarnya.

×
Zoomed

VIDEO TERKAIT

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI