- "Amandla! Awethu!" berarti "Kekuatan Milik Rakyat!", seruan perlawanan historis dari gerakan anti-apartheid Afrika Selatan.
- Seruan Presiden Prabowo adalah gestur diplomasi simbolik yang menunjukkan solidaritas dan penghormatan pada sejarah Afrika Selatan.
- Momen ini merefleksikan penguatan kerja sama negara berkembang (Selatan-Selatan) dalam memperjuangkan kedaulatan dan keadilan global.
Suara.com - Sebuah momen penuh simbolisme terjadi di Istana Negara, Jakarta. Dalam pertemuan kenegaraan dengan Presiden Afrika Selatan, Matamela Cyril Ramaphosa, Presiden Prabowo Subianto mengangkat tangan kanannya terkepal dan dengan lantang menyerukan, "Amandla!".
Seruan itu disambut dengan sigap oleh Presiden Ramaphosa yang membalas, "Awethu!". Momen yang mungkin terlihat singkat ini sejatinya sarat akan makna sejarah, perjuangan, dan diplomasi tingkat tinggi.
Teriakan tersebut bukan sekadar yel-yel, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan semangat perlawanan dua bangsa dari benua yang berbeda. Lantas, apa sebenarnya arti di balik seruan kuat "Amandla! Awethu!"?
Sejarah Perlawanan dalam Dua Kata
"Amandla! Awethu!" adalah seruan legendaris yang lahir dari rahim perjuangan melawan rezim apartheid di Afrika Selatan.
Amandla: Berasal dari bahasa Zulu dan Xhosa, "Amandla" memiliki arti "kekuatan". Kata ini diteriakkan oleh para pemimpin gerakan anti-apartheid untuk membakar semangat massa.
Awethu: Merupakan jawaban dari massa yang berarti "milik kita" atau "milik rakyat".
Ketika digabungkan, frasa ini menjadi pekik perjuangan yang utuh: "Kekuatan Milik Rakyat!".
Slogan ini menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan rasial yang dilembagakan, digaungkan dalam setiap demonstrasi dan pertemuan rahasia oleh tokoh-tokoh seperti Nelson Mandela dan para pejuang African National Congress (ANC).
Diplomasi Simbolik Prabowo
Tindakan Presiden Prabowo menyerukan "Amandla!" bukanlah kebetulan. Ini adalah sebuah gestur diplomatik yang sangat terukur dan cerdas.
Baca Juga: Pakai Kacamata Hitam, Begini Momen Prabowo Sambut Kunjungan Presiden Brasil Lula di Istana Merdeka
Dengan meneriakkan kata tersebut, Prabowo tidak hanya menunjukkan pemahamannya terhadap sejarah Afrika Selatan, tetapi juga menempatkan Indonesia pada posisi yang setara dalam semangat perjuangan melawan kolonialisme dan penindasan.
Gestur ini secara efektif mengirimkan beberapa pesan kuat:
1. Penghormatan Mendalam
Prabowo menunjukkan rasa hormat yang tulus kepada sejarah panjang dan berat yang telah dilalui rakyat Afrika Selatan.
2. Solidaritas Bersejarah
Ini adalah pengingat bahwa Indonesia, melalui Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung, telah lama menjadi sekutu dalam perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah.