Ungkap Banyak Kiai Ditahan saat Orba, Tokoh Muda NU: Sangat Aneh Kita Memuja Soeharto

Jum'at, 07 November 2025 | 19:23 WIB
Ungkap Banyak Kiai Ditahan saat Orba, Tokoh Muda NU: Sangat Aneh Kita Memuja Soeharto
Ungkap Banyak Kiai Ditahan saat Orba, Tokoh Muda NU: Sangat Aneh Kita Memuja Soeharto
Baca 10 detik
  • Seruan penolakan terhadap usulan gelar pahlawan kepada Soeharto terus menguat dari kalangan tokoh NU
  • Setelah Gus Mus, kekinian tokoh Muda NU ikut menyerukan penolakan
  • Savic Ali pun mengungkap sejarah kelam dunia pesantren saat Soeharto berkuasa. 

Suara.com - Penolakan gelar pahlawan untuk Presiden Ke-2 RI, Soeharto terus mengalir dari kalangan tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Setelah KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, seruan penolakan Soeharto diganjar gelar pahlawan kini datang dari tokoh muda NU, di antaranya Savic Ali dan Lily Faidatin.

Savic Ali yang merupakan Ketua DPP PBNU dan pendiri Islami.co menyebut jika banyak kalangan kiai NU yang menyatakan keberatan dengan usulan gelar pahlawana kepada Soeharto.

"Sampai hari ini PBNU belum mengeluarkan sikap resmi, tapi banyak kiai dan warga NU yang menolak keras Soeharto dijadikan pahlawan,” ujarnya dalam sebuah diskusi di kawasan Ciputat dikutip pada Jumat (7/11/2025).

Menurutnya, mencuatnya penolakan itu karena banyak kiai NU yang menjadi korban Soeharto saat memimpin orde baru (Orba).

“NU pernah menjadi korban politik fusi dan represi. Banyak kiai ditahan, ruang dakwah dibatasi, dan pesantren diawasi militer. Jadi agak aneh jika kini kita diminta memuja Soeharto,” ujarnya.

Senada dengan Savic Ali, Lily Faidatin yang mewakili kelompok muda alias Generasi Z (Gen Z) turut menolak keras Soeharto diberikan gelar pahlawan. Menurutnya, anak muda juga mesti melek sejarah terutama saat Indonesia dipimpin tangan besi Soeharto.

Tokoh muda NU, Savic Ali (dua dari kanan) dan Lily Faidatin (tengah) dalam acara diskusi bertajuk NU, PNI, dan Kekerasan Orde Baru yang digelar di kawasan Ciputat. (ist)
Tokoh muda NU, Savic Ali (dua dari kanan) dan Lily Faidatin (tengah) dalam acara diskusi bertajuk NU, PNI, dan Kekerasan Orde Baru yang digelar di kawasan Ciputat. (ist)

“Sebagai Gen Z dan santri, saya menolak Soeharto dijadikan pahlawan nasional. Terlalu banyak luka yang belum disembuhkan dari masa Orde Baru,” bebernya.

Lebih lanjut, Lily juga memberikan sindiran telak bagi orang-orang yang mendukung usulan gelar pahlawan bagi Soeharto. Menurutnya, dukungan itu sama saja mengabaikan penderitaan korban.

“Islam mengajarkan kita untuk adil, bukan membenarkan kesalahan masa lalu. Kalau seseorang lebih banyak melukai daripada menyejahterakan, bagaimana mungkin disebut pahlawan?” katanya.

Baca Juga: Muhammadiyah Tolak Keras Gelar Pahlawan, Gus Mus Ungkit 'Dosa' Soeharto ke Kiai Ponpes

Sebelumnya diberitakan, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus secara terang-terangan menolak Soeharto diusulkan sebagai pahlawan nasional.

“Saya paling tidak setuju kalau Soeharto dijadikan Pahlawan Nasional," ujarnya dikutip pada Jumat.

Kolase Soeharto dan Gus Mus. (tangkapan layar/ist)
Kolase Soeharto dan Gus Mus. (tangkapan layar/ist)

Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu pun membeberkan 'dosa' Soeharto selama berkuasa. Menurutnya, banyak kiai yang menjadi korban pelanggaran HAM saat orde baru yang dipimpin Soeharto.

“Banyak kiai yang dimasuk-in sumur, papan nama NU tidak boleh dipasang, yang suruh dipasang banyak dirobohin oleh bupati-bupati. Adik saya sendiri, Kiai Adib Bisri akhirnya keluar dari PNS karena dipaksa masuk Golkar," ungkapnya.

Ketimbang Soeharto, kata dia, banyak ulama dan pejuang bangsa yang berjasa besar tetapi keluarganya tidak pernah mengajukan gelar pahlawan untuk menjaga keikhlasan amal kebaikan almarhum.

“Banyak kiai yang dulu berjuang, tapi keluarganya tidak ingin mengajukan gelar pahlawan. Alasannya supaya amal kebaikannya tidak berkurang di mata Allah. Kalau istilahnya, menghindari riya’,” ungkap Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

×
Zoomed

VIDEO TERKAIT

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI