Terjebak Sindikat, Bagaimana Suku Anak Dalam Jadi Korban di Kasus Penculikan Bilqis?

Bangun Santoso Suara.Com
Senin, 17 November 2025 | 14:15 WIB
Terjebak Sindikat, Bagaimana Suku Anak Dalam Jadi Korban di Kasus Penculikan Bilqis?
Anak-anak dari kelompok Suku Anak Dalam (SAD) Provinsi Jambi yang berlokasi di Kabupaten Sarolangun. (Suara.com/Bangun Santosa)
Baca 10 detik
  • Suku Anak Dalam (Orang Rimba) bukanlah pelaku dalam kasus penculikan Bilqis, melainkan korban yang dieksploitasi oleh sindikat perdagangan anak karena niat baik, kepolosan, dan keterbatasan mereka dalam memahami dunia luar
  • Kerentanan masyarakat adat ini disebabkan oleh masalah yang lebih besar, yaitu kemiskinan struktural, kehilangan wilayah hidup akibat deforestasi, dan minimnya akses terhadap pendidikan serta layanan dasar
  • Kasus ini menyoroti kegagalan sistem perlindungan anak secara umum dan lemahnya pengawasan terhadap kejahatan siber, di mana media sosial seperti Facebook menjadi platform bagi sindikat untuk beroperasi dengan leluasa

Keterbatasan akses pendidikan, seperti ketidakmampuan membaca, menjadi celah yang dimanfaatkan sindikat untuk melakukan penipuan dengan dokumen palsu.

Jebakan Sindikat dan Lemahnya Perlindungan Anak

Kasus ini juga menelanjangi betapa lemahnya sistem perlindungan anak di Indonesia. Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ai Maryati Solihah, menyoroti bahwa program seperti Kota Layak Anak seringkali hanya fokus pada infrastruktur tanpa sistem keamanan yang memadai.

"Ruang publik ramah anak yang terawasi dengan baik ini sangat mendesak dan masih perlu diadvokasi bersama," ujar Ai.

Para pelaku, yang terhubung melalui grup di Facebook, terbukti sangat terorganisir. Mereka memindahkan Bilqis dari satu tangan ke tangan lain, dari Makassar ke Jawa Tengah, lalu ke Jambi, sebelum akhirnya berakhir di komunitas Orang Rimba yang mereka anggap sebagai tempat persembunyian aman dan tidak terduga.

Pekerja Sosial Ahli Pertama Dinas Sosial PPA Merangin, Nurul Anggraini Pratiwi, yang menjemput Bilqis, memberikan kesaksian yang menguatkan posisi Orang Rimba sebagai korban.

"Dari induk juga ngomong tidak tahu penculikan dan semacamnya. Yang kami tahu dia diterlantarkan oleh orang tuanya," kata Nurul.

Kini, selain kehilangan uang dan anak yang sempat mereka sayangi, komunitas Orang Rimba harus menanggung beban stigma. Mereka dituduh terlibat penculikan lain dan menjadi sasaran konten hoaks, sebuah luka tambahan di atas penderitaan yang sudah ada.

"Anak kami dijebak," kata Tumenggung Sikar dengan getir.

Baca Juga: Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI