Deteksi Dini Bahaya Tersembunyi, Cek Kesehatan Gratis Tekan Ledakan Kasus Gagal Ginjal

Rabu, 19 November 2025 | 20:44 WIB
Deteksi Dini Bahaya Tersembunyi, Cek Kesehatan Gratis Tekan Ledakan Kasus Gagal Ginjal
Warga menjalani pemeriksaan kesehatan gratis di Puskesmas Mampang Prapatan, Jakarta, Selasa (11/2/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Baca 10 detik
  • Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan serius global dan di Indonesia, yang seringkali tidak bergejala awal sehingga menuntut deteksi dini.
  • Kementerian Kesehatan menyediakan program Cek Kesehatan Gratis untuk memfasilitasi deteksi dini PGK dan penyakit lain.
  • Deteksi dini sangat krusial karena faktor risiko umum seperti hipertensi dan diabetes harus segera ditangani untuk mencegah perkembangan PGK ke stadium lanjut.

"Alhamdulillah, Cek Kesehatan Gratis beneran nggak bayar dan prosesnya cepat juga. Kalau telat periksa, tahu-tahu bisa stadium akhir," ujarnya.

Pentingnya Deteksi Dini

Cek Kesehatan Gratis adalah salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto di bidang kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini menjadi kado ulang tahun dari pemerintah untuk membantu masyarakat mengetahui kondisi kesehatannya secara menyeluruh.

Pemeriksaan dilakukan setahun sekali dengan menyesuaikan kondisi tubuh dan usia. Untuk bayi baru lahir, pemeriksaan yang dilakukan meliputi deteksi dini hormon tiroid defisiensi enzim G6PD, penyakit jantung bawaan dan skrining pertumbuhan anak. Sementara untuk balita dan anak prasekolah akan dilakukan skrining tuberkulosis, pemeriksaan pendengaran, penglihatan dan kondisi gigi. Selain itu juga ada pemeriksaan thalasemia dan diabetes melitus jika diperlukan.

Untuk kelompok usia remaja dan dewasa akan diperiksa kadar kolesterol, tekanan darah, gula darah, pemantauan risiko kardiovaskular, fungsi paru dan deteksi dini kanker payudara, kanker paru, kanker usus dan kanker leher rahim. Sementara, untuk kelompok lansia diperiksa geriatri, kardiovaskular, fungsi paru, risiko kanker, fungsi indra mata dan telinga, kesehatan jiwa dan fungsi hati.

Masyarakat bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis dengan mendaftarkan diri melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile. Jika tidak memiliki aplikasi, masyarakat bisa mendaftarkan diri melalui Chatbot Kemenkes di nomor 081110500567 ataupun datang langsung ke Puskesmas sesuai kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau domisili. Program ini dapat diakses di 10.200 puskesmas di seluruh Indonesia.

Menteri Kesehatan Menteri Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, Cek Kesehatan Gratis bukan hanya sekadar pemeriksaan massal saja, melainkan upaya strategis untuk deteksi dini berbagai penyakit. Semakin dini penanganan dan pengobatan penyakit, maka peluang sembuhnya akan semakin tinggi.

"Program Cek Kesehatan Gratis bukan hanya soal jumlah peserta. Kita ingin masyarakat bukan hanya sembuh dari penyakit, tapi mampu menjaga kesehatannya secara berkelanjutan," kata Budi.

Warga menjalani pemeriksaan kesehatan gratis di Puskesmas Mampang Prapatan, Jakarta, Selasa (11/2/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Warga menjalani pemeriksaan kesehatan gratis di Puskesmas Mampang Prapatan, Jakarta, Selasa (11/2/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak 10 Februari hingga 4 November 2025 tercatat sebanyak 53,6 juta orang mendaftar Cek Kesehatan Gratis, 50,5 juta diantaranya telah menjalani pemeriksaan kesehatan. Dari jumlah tersebut, diketahui partisipan kelompok dewasa masuk ke dalam kategori kurang aktivitas fisik sebanyak 96 persen, karies gigi 41,9 persen, obesitas sentral 32,9 persen, overweight dan obesitas 24,4 persen.

Pada kelompok bayi baru lahir, tercatat risiko kelainan saluran empedu sebanyak 18,6 persen, berat badan lahir rendah 6,1 persen dan penyakit jantung bawaan kritis 5,5 persen. Sementara, di kelompok balita dan anak prasekolah menunjukkan masalah gigi tidak sehat sebanyak 31,5 persen, stunting 5,3 persen, dan wasting 3,8 persen.

Di kalangan remaja dan pelajar, tercatat jumlah partisipan yang kurang aktivitas fisik sebanyak 60,1 persen, karies gigi 50,3 persen dan anemia 27,2 persen. Pada kelompok lansia, 96,7 persen partisipan kurang aktivitas fisik dan 37,7 persen mengalami hipertensi.

Data tersebut menunjukkan pola hidup tidak aktif telah terbentuk sejak usia muda. Jika pola hidup ini dibiarkan hingga usia dewasa sampai lansia, maka akan menimbulkan risiko penyakit serius, salah satunya penyakit ginjal kronis atau dikenal sebagai gagal ginjal.

Waspadai Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronis

Internist konsultan ginjal hipertensi RSUD dr Soetomo, dr. Decsa Medika Hertanto, SpPD, KGH, FINASIM mengatakan, banyak faktor risiko pemicu penyakit ginjal kronis, mulai dari demografi masyarakat, perubahan kebiasaan makan dari makanan real food beralih ke ultra processed food, dan kurangnya aktivitas fisik. Perubahan pola tidur hingga perkembangan sosial media juga dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang turut menjadi faktor risiko penyakit ginjal kronis.

Tak hanya itu, anak yang terlahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga memiliki risiko tinggi menyidap penyakit komorbid seperti diabetes, hipertensi dan penyakit ginjal kronis. Belum lagi jika anak tersebut tumbuh di lingkungan yang tidak sehat, seperti terpapar asap rokok.

Di Indonesia sendiri penyebab penyakit ginjal kronis yang paling banyak ditemui berawal dari diabetes dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.

"Kebanyakan 80-90 persen pasien itu telat untuk menyadari bahwa dia sedang menderita gagal ginjal," kata dr. Decsa.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI