- KTT Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belem, Brasil, diwarnai protes besar oleh ribuan aktivis muda dan masyarakat adat, menghentikan sementara jalannya perundingan.
- Para aktivis menuntut pelibatan mereka dalam pengambilan keputusan mengenai masa depan iklim, menyoroti dominasi elite di meja perundingan.
- Aksi juga menyoroti isu lokal seperti rencana komersialisasi Sungai Tapajos, sementara prediksi hasil KTT pesimis karena absennya pemain kunci seperti Amerika Serikat.
Pesimisme ini makin diperparah dengan absennya salah satu "pemain" paling penting: Amerika Serikat. Presiden Donald Trump, yang kembali menarik diri dari Perjanjian Paris, secara terang-terangan bilang kalau perubahan iklim itu cuma "tipuan".
Absennya negara dengan salah satu jejak karbon terbesar di dunia ini seolah jadi sinyal bahwa KTT Iklim PBB kini tak lebih dari sekadar "ajang kumpul-kumpul" tanpa kekuatan nyata untuk memaksa negara-gitu bertindak.
Jadi, sementara para pemimpin di dalam ruangan mungkin cuma akan menghasilkan dokumen-dokumen basa-basi, "perang" yang sesungguhnya justru sedang terjadi di luar, di jalanan, dipimpin oleh generasi yang sudah muak dengan janji-janji kosong.
(Muhamad Ryan Sabiti)
