Dalam konsep ini, Pemkot Surabaya berperan sebagai fasilitator atau orkestra, sementara masyarakat menjadi pemain musik yang menciptakan harmoni pembangunan. Setiap RW menjalankan program swadaya dengan dukungan dana stimulan Rp5 juta per bulan serta bonus Rp10 juta per tahun bagi RW yang memenuhi indikator kemandirian.
"Kunci operasional program ini adalah mengubah mindset kolektif, mulai di kalangan pemerintah, warga, maupun stakeholder," imbuhnya.
Melalui Kampung Pancasila, warga didorong aktif mengatasi persoalan lingkungan secara mandiri.
"Kalau kita tidak bisa menangani ini, warga baru ngomong sama pemerintah," tutur Wali Kota Eri.
Tidak hanya itu, program ini juga menggandeng dunia usaha untuk pemberdayaan UMKM lokal, seperti pengadaan slippers hotel dari UMKM binaan Kampung Pancasila.
Menurut Wali Kota Eri, inisiatif tersebut terbukti mampu meredam rivalitas sosial dan menghidupkan kembali tradisi kebaikan seperti "Jumat Berkah". Ia menargetkan 700 kampung mandiri pada 2026 dan seluruh RW mencapai standar Kampung Pancasila pada 2027.
"Gerakan ini membuktikan bahwa semangat gotong royong dan nilai-nilai Pancasila masih sangat relevan untuk menyelesaikan masalah sosial-ekonomi kompleks di era modern," tegasnya.
Ketua Satgas Kampung Pancasila sekaligus Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya, Irvan Widiyanto, menyampaikan sosialisasi Kampung Pancasila telah rampung di 786 RW sesuai target 2025.

"Meskipun tahap sosialisasi telah selesai, kegiatan tetap dilanjutkan secara intensif," ujar Irvan.
Irvan menekankan fokus program saat ini berada pada praktik langsung agar masyarakat memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila secara nyata. "Wilayah yang telah melaksanakan praktik langsung meliputi Pabean Cantian, Genteng, Wonokromo, Tambaksari, Sawahan, Tandes, dan Krembangan," jelasnya.
Ke depan, implementasi Kampung Pancasila akan diperkuat melalui peningkatan keterlibatan pemuda dengan strategi menjadikan influencer sebagai daya tarik dalam pelaksanaan program. (ADV)