- Netizen ramai memposting kondisi Aceh Tamiang yang terisolir berhari-hari tanpa bantuan setelah banjir bandang, memicu kritik terhadap pemerintah.
- Warga Aceh Tamiang putus asa karena enam hari tanpa logistik, sementara kunjungan Prabowo dinilai tidak menyasar wilayah terdampak terparah.
- Pesan warga yang meminta pertolongan viral, menyoroti minimnya penanganan dan kewalahan pemerintah dalam menghadapi banjir besar di Aceh Tamiang.
Suara.com - Aceh Tamiang menjadi salah satu wilayah paling parah terdampak banjir bandang yang meluluhlantakkan sejumlah provinsi di Sumatera pada akhir November 2025.
Saat air bah merendam rumah, memutus jalur darat, dan mematikan sinyal, warga terjebak dalam kondisi mencekam, tanpa makanan, tanpa air bersih, tanpa akses kesehatan. Namun lebih dari itu, mereka terjebak dalam rasa putus asa.
Pada 1–2 Desember, media sosial dipenuhi tangkapan layar percakapan warga dari grup-grup WhatsApp pedalaman Aceh Tamiang. Isinya bukan sekadar laporan banjir—tetapi teriakan minta tolong:
“Udah kehabisan bahan makanan kami semua par di sini.”
“Belum ada masuk bantuan makanan apapun.”
“Kami gabisa apa-apa di sini. Bantuin media.”
“Lansia banyak di sini. Anak-anak kecil juga.”
“Di kantor camat se adt meninggal.”

Dalam gambar-gambar itu, warga meminta agar pesan mereka disebarkan ke media nasional. “Jangan di kota duluan!” tulis seseorang, menegaskan bahwa bantuan sering kali hanya sampai ke pusat kecamatan, bukan ke kampung-kampung yang terisolasi.
Baca Juga: Update Korban Jiwa di Aceh: 249 Orang Meninggal, 660 Ribu Warga Mengungsi
Postingan-postingan Instagram dan Twitter yang membahas Aceh Tamiang pun meledak:
“Tamiang sudah segawat ini, teman-teman. Kita udah ga bisa berharap sama pemerintah. Sebarkan ke media besar! Mereka butuh bantuan segera.”
Isu ini kemudian menjadi trending, memicu diskusi publik tentang lambatnya respons pemerintah dan minimnya perhatian pusat terhadap daerah yang terkena dampak paling berat.
Tak sedikit netizen di luar Aceh Tamiang juga turut melaporkan masih belum mendapatkan kabar dari sanak saudara mereka yang tinggal di sana.
Seolah membuktikan jika warga Aceh Tamiang benar-benar terisolasi dari kehidupan luar. Padahal sudah hampir seminggu bencana banjir bandang melanda wilayah tersebut
310 Ribu Warga Terancam, 12 Kecamatan Terisolasi