Dalam penempatan Pekerja Migran, KemenP2MI sangat serius.
"Menempatkan anak-anak kami ga asal. Kita profiling, semua baik regulasi jaminan sosial, perlindungannya kami jaga betul. Kemudian kami tetap memantau dan monitor," tutur Mukhtarudin.
Mukhtarudin berpesan agar calon pekerja migran dilengkapi dokumen lengkap, perhatikan kontrak, dan pastikan mereka memahami hak serta kewajiban.
"Kalau ada masalah pakai saluran komunikasi kita. Jangan menjelek-jelekkan pemerintah atau negara di media sosial. Selama bekerja dengan benar, tentu akan dilindungi. Akan dibina," ungkap Menteri Mukhtarudin.
Mukhtarudin mengingatkan bahwa pekerjaan ini bersifat kontrak, sehingga peserta harus memanfaatkannya untuk menambah pengalaman dan membangun networking.
"Banyak Pekerja Migran yang pulang membangun usaha. Tujuan ke sana jaga hanya kerja dapat upah. Tapi bangun jaringan. Cari pengalaman. Ilmu dapat. Penghasilan dapat. Jangan konsumtif. Ditabung," nasihat Menteri.
Ia juga menekankan agar pulang nanti jangan menganggur atau kembali jadi pekerja migran, melainkan gunakan sebagai batu loncatan untuk produktivitas di tanah air.
"Sudah banyak Pekerja migran sukses. Dalam SISKOP2MI juga ada informasinya bagaimana mengatur keuangan," beber Mukhtarudin.
Terakhir, Menteri Mukhtarudin mengingatkan untuk menjaga nama baik bangsa dan diri sendiri di negara orang.
Baca Juga: KP2MI Perkuat Sinergi dengan Lembaga Pusat dan Daerah untuk Tingkatkan Perlindungan Pekerja Migran
"Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Sampai saat ini image pekerja Migran di negara luar itu bagus-bagus. Kita itu ramah murah senyum. Berikan contoh, bahwa orang Indonesia itu bagus," pungkas Menteri P2MI Mukhtarudin.
Wakil Menteri P2MI Christina Aryani menambahkan bahwa program ini dirancang untuk menjawab potensi pasar wellness dunia yang terus berkembang. "Kurikulumnya lebih komprehensif dan memberi nilai tambah bagi peserta," kata Wamen Christina.
Wamen menjelaskan bahwa program ini akan menjadi model penempatan baru yang direplikasi ke wilayah lain di Indonesia.
"Seperti halnya penempatan caregiver ke Singapura yang juga tengah berjalan, program wellness therapist ke Maldives ini akan kita duplikasi di daerah-daerah yang memiliki potensi, baik dari sisi sumber daya, minat masyarakat, maupun kesiapan lembaga pelatihannya. Penempatan akan selalu mempertimbangkan negara tujuan yang tepat, remunerasi yang baik dan perlindungan yang jelas," kata Christina.
Christina berharap inisiatif ini tidak hanya memperluas peluang kerja luar negeri, tapi juga meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia.
"Program ini kami dorong menjadi langkah strategis untuk memperkuat kompetensi nasional agar mampu bersaing di industri wellness global," pungkas Wamen Christina.